Antihistamin, Hiposensitisasi dan Kedaruratan Alergi

3.4.1 Antihistamin

Apoteker.Net – Semua antihistamin bermanfaat besar pada terapi alergi nasal, rhinitis alergika dan mungkin juga pada rhinitis vasomotor. Antihistamin mengurangi sekresi nasal dan bersin tetapi kurang efektif untuk kongesti hidung. Antihistamin topikal digunakan pada mata, hidung dan kulit.

Antihistamin oral juga dapat mencegah urtikaria dan digunakan untuk mengatasi ruam kulit pada urtikaria, gatal, gigitan dan sengatan serangga, serta alergi obat. Injeksi klorfeniramin atau prometazin digunakan sebagai terapi tambahan pada terapi darurat anafilaksis dan angioedema dengan adrenalin. Antihistamin (sinarisin, siklisin dan prometasin teoklat) digunakan pada mual dan muntah. Antihistamin kadang digunakan untuk insomnia.

Antihistamin berbeda-beda dalam lama kerja serta dalam derajat efek sedatif dan antimuskarinik. Antihistamin golongan lama relatif mempunyai kerja pendek tetapi beberapa (misal prometazin) memiliki kerja sampai 12 jam, sedangkan antihistamin non sedatif yang lebih baru memiliki kerja panjang. Semua antihistamin golongan lama menyebabkan sedasi, meskipun alimemazin (trimeprazin) dan prometazin mempunyai efek sedasi yang lebih besar dibanding klorfeniramin dan siklizin. Efek sedasi ini kadang-kadang dibutuhkan untuk mengendalikan gatal karena alergi. Tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa antihistamin sedatif yang satu lebih baik dari yang lain karena pasien mempunyai respons yang sangat berbeda satu sama lain. Antihistamin non sedatif seperti setirizin, levosetirizin, loratadin, desloratadin, feksofenadin, terfenadin dan mizolastin lebih sedikit menyebabkan efek sedasi dan gangguan psikomotor dibanding golongan lama karena jumlah obat yang menembus sawar darah otak hanya sedikit.

Operasi gigi. Antihistamin digunakan secara luas sebagai anti muntah. Pada pasien dengan reflek gag yang berlebihan, pemberian diazepam akan lebih efektif.

Peringatan dan Kontraindikasi: Antihistamin yang menyebabkan kantuk mempunyai aktivitas antimuskarinik yang nyata dan harus digunakan dengan hati-hati pada hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi. Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal. Anak dan lansia lebih mudah mendapat efek samping. Penggunaan pada anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus. Banyak antihistamin harus dihindari pada porfiria, meskipun beberapa (misalnya klorfenamin dan setirizin) diperkirakan aman.

Efek Samping Antihistamin: Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar antihistamin golongan lama, walaupun stimulasi yang paradoksikal dapat terjadi meski jarang (terutama pada pemberian dosis tinggi atau pada anak dan pada lanjut usia). Mengantuk dapat menghilang setelah beberapa hari pengobatan dan jauh kurang dengan antihistamin yang lebih baru.

Efek samping yang lebih sering terjadi dengan antihistamin golongan lama meliputi sakit kepala, gangguan psikomotor, dan efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur, dan gangguan saluran cerna.

Efek samping lain yang jarang dari antihistamin termasuk hipotensi, efek ekstrapiramidal, pusing, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, palpitasi, aritmia, reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, angio-edema, dan anafilaksis, ruam kulit, dan reaksi fotosensitivitas), kelainan darah, disfungsi hepar dan glaukoma sudut sempit.

Antihistamin Yang Tidak Menyebabkan Kantuk:
Walaupun mengantuk jarang dijumpai, namun pasien harus diingatkan bahwa hal itu dapat terjadi dan dapat mempengaruhi aktivitas yang memerlukan ketrampilan, misalnya mengemudi-kan mobil. Pemakaian alkohol berlebihan harus dihindari.

Antihistamin Yang Menyebabkan Kantuk:
Efek samping mengantuk akan mempengaruhi aktivitas yang memerlukan ketrampilan, misalnya mengemudi mobil; efek sedasi meningkat dengan pengaruh alkohol.

Monografi

AKRIVASTIN

Indikasi: gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.

Peringatan: lihat keterangan di atas; mengganggu ketrampilan mengemudi dan menjalankan mesin.

Kontraindikasi: hipersensitif pada akrivastin atau triprolidin, hindari pada gangguan ginjal.

Efek Samping: insiden sedasi dan antimuskarinik rendah, nyeri kepala.

Dosis: 8 mg, 3 kali sehari. Anak di bawah 12 tahun dan Usia Lanjut tidak dianjurkan.

ASTEMIZOL

Indikasi: gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.

Peringatan:
gangguan hati, sindrom QT kongenital, hipokalemia, pasien yang mendapat obat obat antiaritmia, antipsikotik, antidepresan trisiklik, terfenadin dan eritromisin yang ternyata interval QT nya memanjang; hindari juga pemakaian bersama obat yang menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit, misalnya diuretik.

Interaksi:
ketokonazol (dan turunan azol lain), eritromisin (dan makrolid lain), kuinidin.

Kontraindikasi:
kehamilan, menyusui.

Efek Samping:
insiden sedasi dan antimuskarinik rendah. Aritmia ventrikuler pada dosis besar.

Dosis:
10 mg/hari (tidak boleh lebih); Anak di bawah 6 tahun tidak dianjurkan, 6-12 tahun 5 mg/hari (tidak boleh lebih).

AZATADIN MALEAT

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.

Peringatan:
lihat antihistamin di depan; glaukoma sudut sempit, hipertropi prostat atau obstruksi struktural kandung kencing, obstruksi piloroduodenal, penyakit kardiovaskuler, hipertiroid, kenaikan tekanan intra okuler, anak kurang dari 1 tahun; pasien yang mempunyai lesi vokal di korteks serebrum; sensitivitas silang dengan obat obat sejenis; hindari menjalankan kendaraan atau mesin; hamil dan menyusui.

Interaksi:
penghambat MAO memperlama kerja dan intensitas antihistamin. Alkohol, anti depresan trisiklik, barbiturat atau depresan SSP lain memperkuat efek sedatif. Efek anti koagulan oral mungkin dihambat.

Kontraindikasi:
lihat antihistamin di depan; bayi baru lahir dan prematur; pasien yang mendapat penghambat MAO; hipersensitivitas, serangan asma akut.

Efek Samping:
lihat antihistamin di depan; mengantuk, pengaruh kardiovaskuler dan SSP, kelainan darah, gangguan saluran cerna, fotosensitifitas, reaksi alergi, efek anti muskarinik, kelemahan otot.

Dosis:
1 mg naikkan bila perlu sampai 2 mg, 2 kali/ hari, Anak di bawah satu tahun tidak dianjurkan; 1-6 tahun 250 mikrogram 2 kali sehari; 6-12 tahun 0,5-1 mg 2 kali sehari.

BEPOTASTIN BESILAT

Indikasi:
Rinitis alergi, urtikaria.

Peringatan:
Gangguan fungsi ginjal, mengemudi, pengobatan steroid jangka panjang: penurunan dosis steroid secara bertahap dengan pengawasan memadai, hindari pemakaian jangka panjang, rinitis alergi musiman: terapi dimulai sebelum hingga berakhirnya musim dengan frekuensi alergen tinggi, lansia, kehamilan, merencanakan kehamilan, menyusui, bayi, dan anak.

Kontraindikasi:
Hipersensitivitas.

Efek Samping:
Umum: leukositosis, leukopenia, eosinofilia, kantuk, malaise, sakit kepala, pusing, rasa haus, mual, muntah, sakit perut, diare, rasa tidak nyaman pada lambung, ruam, peningkatan ALT (GPT), AST (GOT), gama-GTP, LDH, dan total bilirubin, urin yang mengandung darah. Jarang: rasa berat pada kepala, mulut kering, glositis, nyeri abdomen, bengkak, proteinuria, glikosuria, urinary urobilinogen. Frekuensi tidak diketahui: penurunan volume urin.

Dosis:
Oral: dewasa, dosis tunggal 10 mg dua kali sehari, dapat disesuaikan dengan umur dan gejala. Gangguan fungsi ginjal: dosis awal 5 mg.

BROMPHENIRAMIN MALEAT

Indikasi:
mengatasi gejala alergi seperti hay fever, pruritus, urtikaria.

Peringatan:
lihat keterangan di atas.

Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.

Efek Samping:
lihat keterangan di atas.

Dosis:
4-8 mg 3-4 kali sehari; Anak sampai 3 tahun 0,4-1 mg/kg bb sehari dalam 4 dosis bagi, 3-6 tahun 2 mg 3-4 kali sehari, 6-12 tahun 2-4 mg 3-4 kali sehari.

DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT

Indikasi:
gejala alergi seperti rinitis alergi, urtikaria, saluran napas atas sistemik.

Peringatan:
glaukoma sudut sempit, tukak lambung, obstruksi piloro duodenal, hipertrofi prostat, obstruksi struktural kandung kencing, penyakit kardiovaskuler, kenaikan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, hindari mengemudi dan menjalankan mesin.

Interaksi:
penghambat MAO, alkohol, antidepresan trisiklik, barbiturat, depresan SSP, antikolinergik.

Kontraindikasi:
bayi baru lahir, prematur, pasien dalam terapi penghambat MAO, serangan asma akut.

Efek Samping:
sedasi, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinnitus, euforia, nyeri kepala, stimulasi SSP, reaksi alergi, kelainan darah.

Dosis:
Dewasa: 2 mg, Anak: 2 – 6 tahun 0,5 mg; 6 – 12 tahun: 1 mg. Diberikan 3 – 4 kali/hari.

DESLORATADIN

Indikasi:
gejala yang berkaitan dengan rinitis alergi seasonal (SAR), urtikaria idiopatik kronis.

Peringatan:
efikasi dan keamanan pada anak dibawah 2 tahun belum diketahui, penurunan fungsi ginjal berat, obat yang mengandung sukrosa, sorbitol, pasien dengan masalah intoleransi fruktosa herediter, malabsorbsi glukosa-galaktosa atau penurunan fungsi sukrosa-isomaltase.

Interaksi:

Kontraindikasi: hipersensitif terhadap desloratadin, kehamilan, menyusui.

Efek Samping:
umum: takikardi, mulut kering, pusing, hiperaktif psikomotor, faringitis, anoreksia, konstipasi, sakit kepala, letih, insomnia, somnolence , gangguan tidur, gugup;

Tidak umum: palpitasi, premature atrial contractions, hiperkinesia, kulit memerah, kebingungan, rinitis, sinusitis, epistaksis, iritasi hidung, rinorea, tenggorokan kering, hiposmia, dispepsia, mual, nyeri abdomen, gastroenteritis, feses abnormal, disuria, gangguan micturition, gangguan frekuensi micturition, pruritus, rasa haus, glikosuria, hiperglikemia, perburukan sakit kepala, peningkatan enzim hati, agitasi, ansietas, iritabilitas;

Telah dilaporkan: pusing, halusinasi, somnolence, insomnia, hiperaktif psikomotor, kejang, takikardi, nyeri abdomen, mual, muntah, dispepsia, diare, peningkatan bilirubin, mialgia, reaksi hipersentivitas (anafilaksis, angioedema, dispnea, pruritus, ruam, urtikaria).

Dosis:
Anak 6-11 tahun: 5 mL (2,5 mg) sirup 1 kali sehari dengan atau tanpa makanan, anak 2-5 tahun 2,5 mL (1,25 mg) sirup 1 kali sehari dengan atau tanpa makanan, dewasa dan anak di atas 12 tahun:10 mL (5 mg) sirup 1 kali sehari dengan atau tanpa makanan.

DESLORATADIN + PSEUDOEFEDRIN SULFAT

Indikasi:
untuk melegakan gejala nasal dan non nasal pada rhinitis alergi, termasuk hidung tersumbat.

Peringatan:
tidak untuk digunakan pada anak dibawah usia 12 tahun. Hentikan pengobatan jika terjadi hipertensi, takikardi, palpitasi, aritmia jantung, mual atau gejala neurologis lainnya.

Interaksi:
obat ini menurunkan efek antihipertensi jika dikonsumsi bersama penghambat beta adrenergik, metildopa, mecamilamin, reserpin dan alkaloid veratrum. Pseudoefedrin yang dikonsumsi bersama dengan digitalis dapat meningkatkan aktivitas pacemaker etopi. Tidak dianjurkan kombinasi dengan bromokriptin, kabergolin, lisurdin, pergolida. Penggunaan bersamaan dengan penghambat MAO dapat menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah. Penggunaan bersama antasid meningkatkan kecepatan absorpsi pseudoefedrin sulfat, sedangkan kaolin menurunkannya.

Kontraindikasi:
hipersensitif, glaukoma sudut sempit, retensi urin, pasien yang menerima pengobatan penghambat MAO atau baru berhenti pengobatan dalam 14 hari, hipertensi berat, penyakit arteri koroner berat, riwayat stroke hemoragik atau risiko terjadi stroke hemoragik.

Efek Samping:
Umum: takikardia, mulut kering, pusing, hiperaktivitas psikomotor, faringitis, anoreksia, sakit kepala, kelelahan, insomnia, mengantuk, gangguan tidur, kecemasan.

Tidak umum: palpitasi, kontraksi atrial prematur, hiperkinesia, kemerahan, kebingungan, pandangan kabur, mata kering, rhinitis, sinusitis, epistaksis, iritasi nasal, rinorea, kerongkongan kering, hiposmia, dyspepsia, mual, nyeri perut, gastroenteritis, ketidaknormalan feses, gatal-gatal, disuria, gangguan mikturia, sakit kepala memburuk, rigor, peningkatan enzim hepatik, agitasi, kecemasan, iritabilitas.

Dosis:
Dewasa ( > 12 tahun): dua kali sehari 1 tablet. Telan tablet secara utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan.

DIFENHIDRAMIN HIDROKLORIDA

Indikasi:
antihistamin, antiemetik, anti spamodik; parkinsonisme, reaksi ekstrapiramidal karena obat; anak dengan gangguan emosi.

Peringatan:
glaukoma sudut sempit, tukak lambung, obstruksi piloro duodenal, gejala hipertropi prostat atau obstruksi struktural kandung kencing; riwayat asma bronkial, kenaikan tekanan intra okuler, hipertiroid, penyakit kardiovaskuler atau hipertensi; hamil; hindari mengemudi dan menjalankan mesin; lihat juga keterangan di atas.

Interaksi:
alkohol, depresan SSP, penghambat MAO.

Kontraindikasi:
bayi baru lahir atau prematur; menyusui; lihat juga keterangan di atas.

Efek Samping:
pengaruh pada kardiovaskuler dan SSP; gangguan darah; gangguan saluran cerna; efek anti muskarinik, reaksi alergi; lihat juga keterangan di atas.

Dosis:
Dewasa 25-50 mg 3 kali sehari; Anak 5 mg/kg bb sehari.

DIMENHIDRINAT

Keterangan:
(LIHAT BAGIAN 4.6)

FEKSOFENADIN HCL

Indikasi:
gejala alergi yang berkaitan dengan rinitis alergi pada anak 6-11 tahun.

Peringatan:
hamil dan menyusui, gangguan ginjal dan hati.

Interaksi:
eritromisin, ketokonasol, antasid yang mengandung aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida (feksofenadin diberikan 2 jam setelah pemberian antasid).

Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap feksofenadin dan komponennya.

Efek Samping:
sakit kepala, mengantuk, kelelahan, mual, pusing; jarang terjadi: urtikaria, pruritus, kulit kemerahan, reaksi hipersensitif.

Dosis:
anak 6-11 tahun dosis rekomendasi: 30 mg 2 kali sehari. Tidak untuk anak di bawah 6 tahun.

FENIRAMIN MALEAT

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.

Peringatan:
hamil, menyusui, mengganggu ketrampilan mengemudi dan menjalankan mesin, glaukoma sudut sempit, pasien dengan lesi fokal di korteks serebrum: sensitivitas silang dengan obat sejenis; lihat juga keterangan di atas.

Interaksi:
memperkuat efek trankuilizer; hipnotik, penghambat MAO, alkohol; lihat juga keterangan di atas.

Kontraindikasi:
hipertrofi prostat berat, serangan asma akut, bayi prematur; lihat juga keterangan di atas.

Efek Samping:
mengantuk, keluhan saluran cerna, mulut kering, palpitasi, retensi urin, halusinasi, gelisah, bingung pada dosis tinggi, agitasi pada anak, kenaikan tekanan intra okuler; jarang: diskrasia darah; lihat juga keterangan di atas.

Dosis:
oral: 22,5-30 mg 2-3 kali sehari.

HIDROKSIZIN HIDROKLORIDA

Indikasi:
pruritus, ansietas (penggunaan jangka pendek).

Peringatan:
awal kehamilan: hindari mengemudi dan menjalankan mesin; menyusui (lihat Lampiran 5); lihat juga keterangan di atas.

Interaksi:
alkohol, depresan SSP.

Kontraindikasi:
riwayat hipersensitivitas; lihat juga keterangan di atas.

Efek Samping:
sedasi; lihat juga keterangan di atas.

Dosis:
pruritus: dosis awal 25 mg malam hari dinaikkan bila perlu sampai 25 mg 3-4 kali sehari; Anak 6 bulan-6 tahun, dosis awal 5-15 mg/hari dinaikkan bila perlu sampai 50 mg sehari dalam dosis terbagi; lebih dari 6 tahun dosis awal 15-25 mg sehari dinaikkan bila perlu sampai 50-100 mg/hari dalam dosis terbagi. Ansietas (hanya Dewasa): 50-100 mg, 4 kali sehari.

HOMOKLORSIKLIZIN HIDROKLORIDA

Indikasi:
gejala alergi seperti rinitis alergi, urtikaria.

Peringatan:
glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertrofi prostat, gangguan ketrampilan mengemudi dan menjalankan mesin, hamil, pasien mendapat penghambat MAO, sensitivitas silang pada obat sejenis.

Interaksi:
depresan SSP, antikolinergik, antidepresan trisiklik, penghambat MAO, alkohol.

Efek Samping:
mengantuk, sedasi, gangguan saluran cerna, penglihatan kabur, kesulitan buang air kecil, mulut kering, reaksi alergi, efek pada SSP.

Dosis:
Dewasa 1-2 tablet (tiap tablet 10 mg), 3 kali/hari.

KLEMASTIN

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.

Peringatan:
hati-hati mengemudi dan menjalankan mesin, pasien dengan glaukoma sudut sempit, tukak lambung, obstruksi piloroduodenal, hipertrofi prostat dengan retensi urin atau obstruksi struktural kandung kencing, kehamilan (lihat Lampiran 4), menyusui (lihat Lampiran 5); lihat juga keterangan di atas.

Interaksi:
penghambat MAO, sedatif, hipnotik, alkohol.

Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.

Efek Samping:
lesu, sedasi, mulut kering, nyeri kepala, pusing, ruam kulit, mual, gastralgia, konstipasi; lihat juga keterangan di atas.

Dosis:
1 mg, 2 kali sehari: Anak dibawah 1 tahun tidak dianjurkan; 1-3 tahun: 250-500 mcg, 2 kali sehari; 3-6 tahun 500 mcg 2 kali sehari; 6-12 tahun 0,5-1 mg, 2 kali sehari.

KLORFENIRAMIN MALEAT

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria; pengobatan darurat reaksi anafilaktik.

Peringatan:
lihat keterangan di atas; glaukoma sudut sempit, kehamilan (lihat Lampiran 4), menyusui (lihat Lampiran 5), retensi urin, hipertropi prostat, pasien dengan lesi vokal vorteks serebrum; hindari mengemudi dan menjalankan mesin, sensitivitas silang dengan obat sejenis; penyuntikan dapat menimbulkan iritasi dan menyebabkan hipotensi sekilas atau stimulasi SSP.

Interaksi:
alkohol, depresan SSP, anti kolinergik, penghambat MAO.

Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas; serangan asma akut, bayi prematur.

Efek Samping:
lihat keterangan di atas; sedasi, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinnitus, euforia, nyeri kepala, stimulasi SSP, reaksi alergi, kelainan darah.

Dosis:
oral: 4 mg tiap 4-6 jam; maksimal 24 mg/hari. Anak di bawah 1 tahun tidak dianjurkan; 1-2 tahun 1 mg 2 kali sehari; 2-5 tahun 1 mg tiap 4-6 jam, maksimal 6 mg/hari; 6-12 tahun 2 mg tiap 4-6 jam, maksimal 12 mg/hari. Injeksi subkutan atau intramuskular: 10-20 mg, diulang bila perlu maksimal 40 mg dalam 24 jam.Injeksi intravena lambat, lebih dari 1 menit: 10-20 mg dilarutkan dalam spuit dengan 5-10 ml darah atau dengan NaCl steril 0,9% atau air khusus untuk injeksi.

LEVOSETIRIZIN DIHIDROKLORIDA

Indikasi:
gejala alergi yang berkaitan dengan rhinitis alergi seasonal (termasuk gejala okular), rhinitis alergi menahun, urtikaria idiopati kronis.

Peringatan:
hati-hati penggunaan pada anak usia di bawah 6 tahun, pengguna alkohol, pasien dengan masalah intoleransi galaktosa herediter, defisiensi laktase atau malabsorbsi glukosa-galaktosa.

Interaksi:
teofilin 400 mg/hari menurunkan 16 % klirens setirizin, pada pasien sensitif penggunaan bersama alkohol atau penekan SSP memberikan efek pada SSP, hal ini tidak ditunjukkan oleh rasematnya, absorbsi menjadi lambat tetapi tidak menurun dengan adanya makanan.

Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap levosetirizin atau komponen penyusunnya atau derivat piperasinPenderita gangguan ginjal berat dengan klirens kreatinin kurang dari 10 mL/menit, kehamilan (lihat Lampiran 4) dan menyusui (lihat Lampiran 5).

Efek Samping:
sakit kepala, mengantuk, mulut kering, kelelahan, astenia.

Dosis:
Dewasa dan Anak di atas 6 tahun: 5 mg/hari, untuk anak di bawah 6 tahun dimungkinkan penyesuaian dosis.

Lansia: penyesuaian dosis dimungkinkan pada lansia dengan gangguan ginjal sedang sampai berat. Penyesuaian dosis dimungkinkan pada gangguan ginjal dan hati. Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada penderita gangguan hati saja. Pada penderita gangguan ginjal dosis bersifat individu. Lama penggunaan pada hay fever: 3-6 minggu, pada kasus terpapar serbuk bunga: 1 minggu, lama penggunaan secara klinis 4 minggu, untuk rinitis alergi kronis dan urtikaria pengalaman klinis penggunaan selama 1 tahun, 18 bulan untuk pasien dengan pruritus yang berkaitan dengan dermatitis atopik.

LORATADIN

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.

Peringatan:
hamil, menyusui; lihat juga antihistamin di depan Insiden sedasi dan antimuskarinik rendah.

Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas; bayi prematur dan bayi baru lahir, asma akut, kehamilan (lihat Lampiran 4) dan menyusui (lihat Lampiran 5).

Efek Samping:
lesu, nyeri kepala; sedasi dan mulut kering, jarang; lihat keterangan di atas.

Dosis:
10 mg/hari. Anak: 2-12 tahun, di bawah 30 kg, 5 mg/hari; lebih dari 30 kg, 10 mg/hari.

LORATADIN + PSEUDOEFEDRIN SULFAT

Indikasi:
Mengurangi gejala hidung tersumbat, bersin, rinorea, lakrimasi yang berkaitan dengan rinitis alergi dan flu.

Peringatan:
Glaukoma, ulkus peptik stenosing, obstruksi piloroduodenal, hipertropi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, penyakit kardiovaskular, peningkatan tekanan intraokular, diabetes melitus, pasien yang menerima pengobatan digitalis, hipotensi, lansia, gangguan fungsi ginjal (GFR < 30 ml/min), gangguan fungsi hati berat, kehamilan, dan menyusui. Interaksi: Ketokonazol, eritromisin, atau simetidin: peningkatan konsentrasi plasma loratadin.

Penghambat MAO: dapat menimbulkan reaksi hipertensi. Metildopa, mekamilamin, reserpin, dan alkaloid
veratrum: pseudoefedrin dan loratadin mengurangi efek sebagai antihipertensi.
Digitalis: dapat meningkatkan aktivitas ektopik pacemaker.
Antasida: meningkatkan absorpsi pseudoefedrin. Kaolin: menurunkan absorpsi pseudoefedrin.

Kontraindikasi:
Hipersensitivitas, pasien yang menerima pengobatan penghambat MAO atau baru berhenti pengobatan dalam 14 hari, glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertensi berat, penyakit arteri koroner berat, hipertiroid, dan anak di bawah 12 tahun.

Efek Samping:
Umum: insomnia, mulut kering, sakit kepala, dan somnolen (kantuk). Jarang: cemas, pusing, lelah, mual, abdominal distress, anoreksia, haus, takikardi, faringitis, rinitis, jerawat, pruritus, ruam, urtikaria, artalgia, bingung, disfonia, hiperkinesia, hipoestesia, penurunan libido, parestesia, tremor, vertigo, kemerahan, hipotensi postural, keringat berlebihan, gangguan penglihatan, sakit telinga, tinitus, gangguan perasa, agitasi, apati, depresi, euporia, paroneiria, peningkatan nafsu makan, perubahan buang air besar, dispepsia, eruktasi, hemoroid, perubahan warna lidah, gangguan pada lidah (tongue disorder), mual, gangguan hati sementara, dehidrasi, peningkatan berat badan, hipertensi, palpitasi, migrain, bronkospasma, batuk, dispnea, epistaksis, hidung tersumbat, bersin, iritasi pada hidung, disuria, gangguan mikturisi, nokturia, poliuria,retensi urin, astenia, sakit pada punggung, kram tungkai bawah, malaise, rigor, alopesia, anafilaksis, angioedema, dan kejang.

Dosis:
Oral: Dewasa dan anak > 12 tahun, 1 tablet 2 kali sehari.

MEBIDROLIN NAPADISILAT

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria, rinitis alergi, gigitan serangga.

Peringatan:
hindari mengemudi dan menjalankan mesin; lesi fokal di korteks serebrum, sensitivitas silang dengan obat sejenis, hamil.

Interaksi:
alkohol, depresan SSP, antikolinergik, penghambat MAO.

Kontraindikasi:
adenoma prostat yang terkait dengan retensi urin, glaukoma sudut sempit, serangan asma akut, bayi prematur.

Efek Samping:
sedasi, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinnitus, euforia, nyeri kepala, stimulasi SSP, reaksi alergi, kelainan darah, parestesi, pusing.

Dosis:
DEWASA: dosis tunggal 50-100 mg.

MEKUITAZIN

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.

Peringatan:
hindari mengemudi dan menjalankan mesin; lihat keterangan di atas.

Kontraindikasi:
glaukoma, adenoma prostat; lihat keterangan di atas.

Efek Samping:
mulut kering, konstipasi; lihat keterangan di atas.

Dosis:
5 mg 2 kali sehari; ANAK di bawah 12 tahun tidak dianjurkan.

OKSATOMID

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria, alergi makanan.

Peringatan:
lihat keterangan di atas.

Interaksi:
lihat keterangan di atas.

Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.

Efek Samping:
mengantuk sering terjadi; nafsu makan bertambah; lihat juga keterangan di atas.

Dosis:
30 mg 2 kali sehari sesudah makan, dinaikkan bila perlu sampai 60 mg 2 kali sehari; usia lanjut 30 mg 2 kali/sehari; Anak 5-14 tahun 15-30 mg 2 kali sehari.

OKSOMEMAZIN

Indikasi:
gejala alergi kulit dan respirasi, batuk.

Peringatan:
sensitif pada fenotiazin.

Dosis:
Dewasa: 10-40 mg/hari. Anak 5-10 tahun: 15-30 mg/hari, 2-5 tahun: 10-20 mg/hari, kurang dari 2 tahun 2,5-10 mg/hari. Dosis terbagi 2-3 kali.

PROMETAZIN HIDROKLORIDA

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria, pengobatan darurat reaksi anafilaktik; premedikasi, sedasi dan motion sickness (lihat 4.6).

Peringatan:
hindari mengemudi dan menjalankan mesin; kehamilan (lihat Lampiran 4), menyusui (lihat Lampiran 5), gangguan kardiovaskuler atau hati, glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertrofi prostat, lesi fokal di korteks serebrum, sensitivitas silang dengan obat sejenis, anak dengan dehidrasi; lihat juga keterangan di atas.

Interaksi:
antihipertensi, fenotiazin, alkohol, depresan SSP, antikolinergik, antidepresan trisiklik, penghambat MAO.

Kontraindikasi:
pasien koma, serangan akut asma, bayi prematur; lihat juga keterangan di atas.

Efek Samping:
sedasi, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik, kelemahan otot, tinnitus, reaksi alergi, kelainan darah, pengaruh kardiovaskuler atau SSP, sakit kuning, fotosensitivitas, injeksi intramuskular kemungkinan menyebabkan rasa sakit; lihat juga keterangan di atas.

Dosis:
oral: 25 mg, malam hari, bila perlu dinaikkan sampai 50 mg, atau 10-20 mg 2-3 kali/hari. Anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan; 2-5 tahun, 5-15 mg/hari, 5-10 tahun 10-25 mg/hari.

PROMETAZIN TEOKLAT

Keterangan:
Bekerja lebih lama dibanding dengan sediaan Hidrokloridanya.

RUPATADIN

Indikasi:
rinitis alergi untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa.

Peringatan:
lansia, anak dibawah 12 tahun, gangguan fungsi ginjal dan hati, kehamilan, menyusui, penggunaan bersama dengan depresan saraf pusat.

Interaksi:
penggunaan bersama jus jeruk meningkatkan kadar rupatadin, tidak boleh digunakanbersama dengan golongan statin, ketokonazol dan antibiotik golongan makrolida (eritromisin, klaritromisin, azitromisin).

Kontraindikasi:
hipersensitivitas.

Efek Samping:
Umum, mengantuk, sakit kepala, pusing, mulut kering, lemas dan lelah. Tidak umum, peningkatan nafsu makan, lekas marah, kesulitan konsentrasi, mimisan, hidung kering, sakit tenggorokan, rinitis, mual, sakit pada bagian perut, gangguan pencernaan, muntah, konstipasi, kemerahan pada kulit, nyeri punggung, nyeri sendi, nyeri otot, haus, rasa tidak nyaman, demam, hasil pemeriksaan hati tidak normal, kenaikan berat badan.

Dosis:
10 mg satu kali sehari dengan atau tanpa makanan.

SETIRIZIN HCL

Indikasi:
rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, konjungtivitis, pruritus, urtikaria idiopati kronis.

Peringatan: Interaksi: lihat antihistamin.

Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap obat dan komponennya, kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5).

Efek Samping:
sakit kepala, pusing, mengantuk, agitasi, mulut kering, rasa tidak nyaman di perut, reaksi hipersensitif seperti reaksi kulit dan angioudem.

Dosis:
Dewasa dan anak diatas 6 tahun: 10mg/hari pada malam hari bersama makanan. Anak 3-6 tahun, hay fever: 5 mg/hari pada malam hari atau 2,5 mg pada pagi dan malam hari. Tidak ada data untuk menurunkan dosis pada pasien lansia. Insufisiensi ginjal, dosis 1/2 kali dosis rekomendasi.

SETIRIZINE HCL + PSEUDOEFEDRIN

Indikasi:
kongesti nasal, bersin, pruritus nasal dan okular yang mengikuti flu dan rhinitis alergi potensial dan musiman.

Peringatan:
diabetes mellitus, hipertiroid, hipertensi, takikardi, aritmia, insufisiensi ginjal/hati, hipertropi prostat, disfungsi uretral, penguna alkohol, lansia, pengguna obat antidepresan trisiklik, digitalis, hamil dan menyusui.

Interaksi:
obat penghambat MAO, obat simpatomimetik.

Kontraindikasi:
hipersensitif, hipertensi/penyakit arteri koroner, insufisiensi ginjal, hipertiroid tidak terkontrol, aritmia berat, peningkatan tekanan intraokular, retensi urin, pengguna obat beta bloker, amfetamin.

Efek Samping:
mulut kering, sakit kepala, insomnia, mengantuk, asthenia, takikardi, pusing, vertigo, mual, ketakutan, tegang, tremor, lemah, gelisah, sulit bernafas, sulit kencing, bingung, depresi SSP, aritmia, kolaps kardiovaskular dengan hipertensi, hipersensitif seperti angiodema.

Dosis:
Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 2 kali sehari 1 tablet/kapsul dengan atau tanpa makanan. Tidak boleh digunakan lebih dari 3 minggu. Pemakaian antihistamin dapat dilanjutkan jika tidak terjadi peningkatan waktu terjadinya gejala flu. Penderita insufisiensi ginjal dosis diturunkan 1/2 kali dosis rekomendasi.

SINARIZIN

Keterangan: (Lihat bagian 4.6).

SIPROHEPTADIN HIDROKLORIDA

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria, migren.

Peringatan:
asma bronkial, hipertiroid, hipertensi, kehamilan (lihat Lampiran 4), menyusui (lihat Lampiran 5), mengganggu keterampilan mengemudi dan menjalankan mesin; lihat juga keterangan di atas.

Interaksi:
alkohol, depresan SSP, atropin, antidepresan trisiklik, penghambat MAO.

Kontraindikasi:
bayi baru lahir atau prematur, hipertrofi prostat, porfiria, pasien usia lanjut; lihat juga keterangan di atas.

Efek Samping:
mual, muntah, mulut kering, diare, anemia hemolitik, leukopenia, agranulositosis, trombositopenia; lihat juga keterangan di atas.

Dosis:
alergi: dosis lazim 4 mg 3-4 kali sehari; rentang dosis: 4-20 mg sehari maksimal 32 mg sehari; Anak di bawah 2 tahun tidak dianjurkan; 2-6 tahun 2 mg 2-3 kali/hari, maksimal 12 mg/hari; 7-14 tahun 4 mg 2-3 kali/hari, maksimal 16 mg/hari. Migren: 4 mg diikuti dengan 4 mg setelah 30 menit bila perlu; dosis penunjang: 4 mg tiap 4-6 jam.

TERFENADIN

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.

Peringatan:
lihat antihistamin.

Interaksi:
ketokonazol, itrakonazol (dan antijamur imidazol lain), makrolida (termasuk eritromisin).

Kontraindikasi:
hipersensitif, menyusui. Hindari penggunaan bersama astemizol. Hindari pada gangguan hati yang jelas. Hindari pada hipokalemia atau diduga terjadi pemanjangan interval QT. Hindari pemakaian bersama obat obat aritmogenik seperti anti aritmia, antipsikotik, anti depresan trisiklik dan obat obat yang menimbulkan gangguan keseimbangan elektrolit seperti diuretik.

Efek Samping:
sedasi, mulut kering. Jarang: aritmia, rambut rontok. gangguan saluran cerna, nyeri kepala, insomnia, erupsi kulit.

Dosis:
hay fever, rhinitis alergi: 60 mg/hari, naikkan bila perlu sampai 120 mg/hari; dosis tunggal atau dosis terbagi dua. Alergi kulit: 120 mg/hari dosis tunggal atau dosis terbagi dua. Anak (hay fever, rhinitis alergi atau alergi kulit) 3-6 tahun: 15 mg 2 kali/hari; 6-12 tahun 30 mg 2 kali sehari.

TRIPROLIDIN HIDROKLORIDA

Indikasi:
gejala alergi seperti hay fever, urtikaria.

Peringatan:
lihat keterangan di atas.

Kontraindikasi:
lihat keterangan di atas.

Efek Samping:
lihat keterangan di atas.

Dosis:
untuk dosis, sediaan dan nama dagang, kombinasi dengan obat obat lain, terdapat banyak dalam obat untuk batuk dan demam.

TRIPROLIDIN HCl + PSEUDOEFEDRIN HCl

Indikasi:
Meringankan pilek dan alergi pernapasan hidung.

Peringatan:
Hipertensi atau potensi tekanan darah tinggi atau stroke, gangguan fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertrofi prostat, hipertiroid, epilepsi, gangguan jantung, dibetes melitus, aritmia, asma, bronkitis, feokromositoma, tidak dianjurkan pada anak di bawah usia 6 tahun, kehamilan, menyusui, hindari mengemudi dan menjalankan mesin, hentikan penggunaan obat dan konsultasikan kepada dokter jika mengalami sakit kepala yang hebat secara tiba-tiba, nyeri abdominal atau adanya darah pada feses, jantung berdebar, dan susah tidur.

Interaksi:
Obat-obat simpatomimetik (dekongestan, antidepresan trisiklik, penekan nafsu makan, dan psikostimulan sejenis amfetamin) atau penghambat monoamin oksidase: meningkatkan tekanan darah. Bretilium, betanidin, guanetidin, debrisokuin, metildopa, dan obat-obat penghambat adrenergik beta dan alfa: menurunkan efek kerja obat-obat tersebut. Antibakteri furazolidon: menyebabkan penghambatan monoamin oksidase yang tergantung dari dosisnya, meningkatkan risiko terjadi krisis hipertensi. Penggunaan bersamaan dengan alkohol atau obat sedatif lainnya yang bekerja pada susunan saraf pusat: harus dihindari.

Kontraindikasi:
Hipersensitivitas terhadap triprolidin HCl, pseudoefedrin HCl, akrivastin, serta obat simpatomimetik lain.

Efek Samping:
Mengantuk, sedasi, gugup, pusing, mulut, hidung, atau tenggorokan kering, gangguan pencernaan (mual, muntah), gangguan perhatian dan koordinasi, halusinasi (terutama pada anak-anak), sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, takikardi, aritmia, palpitasi, sulit berkemih, dan alergi (kemerahan pada kulit, kadang-kadang disertai dengan kesulitan bernapas, pembengkakan wajah atau tenggorokan).

Dosis:
Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 5 mL (1,25 mg + 30 mg) 3 kali sehari. Anak usia 6-12 tahun: 2,5 mL (0,625 mg + 15 mg) 3 kali sehari.

3.4.2 Hiposensitisasi (Imunoterapi Alergen)

Imunoterapi menggunakan vaksin alergen yang mengandung tungau debu rumah, bulu hewan (anjing atau kucing), ekstrak rumput, dan pollen dapat mengurangi gejala asma dan rinokonjungtivitis alergika. Vaksin yang mengandung ekstrak racun lebah dan tawon digunakan untuk mengurangi risiko anafilaksis berat dan reaksi sistemik pada orang-orang dengan hipersensitivitas terhadap sengatan lebah dan tawon. Penggunaan imunoterapi harus dilakukan atas anjuran dokter, untuk memperoleh diagnosis, penilaian dan terapi yang akurat.

Vaksin desensitisasi hanya digunakan untuk indikasi berikut:

  • alergi musiman hay fever (yang disebabkan oleh polen) yang tidak memberi respon terhadap pemberian obat-obat anti alergi
  • hipersensitif terhadap racun lebah dan tawon

Vaksin desensitisasi sebaiknya dihindari untuk penderita asma

Vaksin desensitisasi harus dihindari pada wanita hamil, anak di bawah umur 5 tahun dan pasien yang mendapat beta bloker (adrenalin tidak efektif jika ada reaksi hipersensitivitas) atau penghambat ACE (risiko reaksi anafilaktoid berat).

Reaksi hipersensitivitas terhadap imunoterapi (terutama terhadap ekstrak racun lebah dan tawon) dapat mengancam jiwa; bronkospasme biasanya muncul dalam waktu 1 jam, dan anafilaksis dalam waktu 30 menit setelah injeksi. Oleh karena itu pasien perlu dimonitor selama satu jam setelah injeksi. Jika muncul gejala atau tanda hipersensitivitas (ruam kulit, urtikaria, bronkospasme, pingsan), walaupun ringan, pasien harus diamati sampai gejala atau tanda tersebut hilang sempurna.

Setiap set ekstrak alergen biasanya berisi vial-vial untuk pemberian alergen dalam jumlah yang makin banyak bagi pasien yang mengalami hiposensitisasi. Set penunjang yang berisi vial-vial dengan kekuatan tertinggi juga ada. Informasi produk harus dikonsultasikan untuk rincian alergen, kekuatan vial dan cara pemberian.

Monografi

OMALIZUMAB

Indikasi:
pengobatan tambahan untuk kontrol asma alergik persisten berat pada pasien dewasa dan anak (usia diatas 6 tahun),  ekserbasi asma berat yang tidak tertangani dengan inhalasi kortikosteroid dosis tinggi bersama dengan agonis beta-2, pasien dengan asma termediasi Ig-E.

Peringatan:
tidak diindikasikan untuk pengobatan eksaserbasi asma akut, bronkospasme akut atau status asmatikus; penghentian secara tiba-tiba secara sistemik atau inhalasi kortikosteroid setelah inisiasi pengobatan omalizumab; reaksi alergi sistemik atau lokal, termasuk anafilaksis; infeksi cacing; penyakit serum dan reaksi seperti penyakit serum; sindrom hipereosinofilik atau alergik eosinofilik granulomatus vaskulitis (Crug-Strauss syndrom); kehamilan; menyusui.

Interaksi:
menurunkan efektivitas obat anti cacing atau anti parasit lainnya.

Kontraindikasi:
hipersensitifitas; anak usia di bawah 12 tahun.

Efek Samping:
sakit kepala; reaksi suntikan seperti nyeri, eritema, pruritus dan bengkak; nyeri perut; demam.

Dosis:
Injeksi subkutan, dewasa dan remaja usia di atas 12 tahun didasarkan oleh jumlah IgE (IU/mL) dan berat badan.  Dosis maksimum 375 mg setiap dua minggu.

Tabel 3.3. Dosis pemberian setiap 4 minggu

Berat badan  (kg)
IgE (IU/ml)>20-25>25-30>30-40>40-50>50-60>60-70>70-80>80-90>90-125>125-150
? 30-100757575150150150150150300300
>100-200150150150300300300300300
>200-300150150150225300300
>300-400225225300 

Pemberian Setiap 2 Minggu

>400-500225300
>500-600300300
>600-700300

Tabel 3.4. Dosis Pemberian setiap 2 minggu

IgE (IU/mL)>20-25>25-30>30-40>40-50>50-60>60-70>70-80>80-90>90-125>125-150
? 30-100                              Pemberian setiap 4 minggu
>100-200
>200-300375
>300-400450525
>400-500375375525600
>500-600375450450600
>600-700225375450450525
>700-800225225300375450450525600       Tidak diberikan
>800-900225300375375450525600
>900-1000225300375450525600
>1000-1100225300375450600
>1100-1200300300450525600
>1200-1300300375450525

3.4.3 Kedaruratan Alergi

Adrenalin (epinefrin) dapat mengembalikan kondisi fisiologik dari gejala darurat (seperti udem laring, bronkospasme, dan hipotensi) yang disebabkan reaksi hipersensitif seperti anafilaksis dan angioedema.

Anafilaksis

Syok anafilaktik berupa udem larings, bronkospasme dan hipotensi memerlukan terapi sesegera mungkin. Individu yang atopik mudah terkena syok anafilaksis. Sengatan serangga adalah salah satu risiko (terutama sengatan tawon dan lebah). Makanan tertentu seperti telur, ikan, protein susu sapi, kacang-kacangan dan biji-bijian juga dapat menjadi penyebab anafilaksis.

Produk obat yang dihubungkan dengan anafilaksis antara lain adalah produk darah, vaksin, preparat hiposensitisasi (alergen), antibakteri, asetosal dan AINS lain, heparin, obat pelumpuh otot. Anafilaksis lebih sering terjadi setelah pemberian parenteral, sehingga fasilitas resusitasi harus selalu tersedia untuk pemberian injeksi yang disertai risiko khusus. Reaksi anafilaksis mungkin juga dihubungkan dengan bahan tambahan dan pengisi dari makanan dan obat. Beberapa minyak, seperti minyak kacang, yang mungkin terkandung dalam beberapa produk obat, tidak mungkin menyebabkan reaksi alergi – meski demikian lebih baik memeriksa keseluruhan komposisi dari preparat yang mungkin mengandung lemak atau minyak yang alergenik. Langkah awal terapi anafilaksis yaitu melancarkan saluran napas, memperbaiki tekanan darah (pasien dibaringkan pada posisi datar dengan kaki lebih tinggi), dan pemberian injeksi adrenalin (epinefrin). Injeksi diberikan secara intramuskular dengan dosis 500 mcg (0,5 mL injeksi adrenalin, 1 dalam 1000). Dosis 300 mcg (0,3 ml injeksi adrenalin 1:1000), mungkin sesuai untuk pemberian segera yang dilakukan sendiri. Dosis ini diulangi setiap 5 menit tergantung tekanan darah, nadi dan fungsi pernapasan (penting: mungkin perlu pemberian intravena dengan menggunakan larutan yang lebih encer). Pemberian oksigen juga sangat penting. Antihistamin, seperti klorfeniramin yang diberikan sebagai injeksi intravena lambat dengan dosis 10–20 mg merupakan terapi tambahan yang bermanfaat, diberikan setelah injeksi adrenalin dan dilanjutkan selama 24–48 jam untuk mencegah relaps. Pasien yang menerima beta bloker atau antidepresan perlu perhatian khusus. Keadaan yang terus memburuk memerlukan terapi lebih lanjut termasuk cairan intravena, aminofilin intravena atau nebulisasi agonis adrenoseptor beta–2 (seperti salbutamol atau terbutalin); di samping oksigen, pernapasan bantuan dan trakheotomi darurat mungkin diperlukan. Injeksi kortikosteroid intravena seperti hidrokortison (sebagai natrium suksinat) dengan dosis 100–300 mg tidak begitu berguna pada tata laksana awal syok anafilaksis karena mula kerjanya beberapa jam, tapi obat ini harus diberikan untuk mencegah memburuknya kondisi pasien yang parah.

Jika kondisi pasien sedemikian parahnya sehingga ada keraguan akan kecukupan sirkulasi darah, injeksi awal adrenalin perlu diberikan sebagai larutan yang diencerkan secara intravena.

Pasien dengan alergi berat terhadap gigitan serangga atau makanan dianjurkan untuk membawa semprit adrenalin untuk pengobatan sendiri selama periode yang berisiko.

Angioedema

Angioedema menjadi berbahaya jika terdapat udem larings. Pada kasus ini injeksi adrenalin dan oksigen harus diberikan seperti pada Anafilaksis. Antihistamin dan kortikosteroid juga harus diberikan (lihat uraian di atas). Inkubasi trakeal mungkin diperlukan.

Angiodema herediter

Pemberian penghambat C esterase (dalam fresh frozen plasma atau dalam bentuk dimurnikan sebagian) mungkin dapat mengatasi serangan akut dari angioedema herediter, tapi tidak praktis untuk profilaksis jangka panjang.

Adrenalin Intramuskular

Pemberian secara intramuskular merupakan pilihan utama dari cara pemberian adrenalin pada tatalaksana syok anafilaktik. Adrenalin mempunyai mula kerja cepat setelah pemberian intramuskular dan pada pasien dalam keadaaan syok, absorbsi intramuskular lebih cepat dan lebih dapat dipercaya dibandingkan pemberian subkutan (pemberian intravena harus dilakukan pada keadaan sangat darurat, dimana sirkulasi darah pasien tidak memadai).

Pasien dengan alergi berat sebaiknya diajarkan untuk pemberian sendiri injeksi adrenalin secara intramuskular. Injeksi segera adrenalin sangat penting. Tabel berikut berisi dosis pemberian yang dianjurkan.

Volume injeksi adrenalin 1:1000 (1 mg/ml) untuk injeksi intramuskular (atau injeksi subkutan sebagai alternatif) pada syok anafilaktik.

UmurDosis

Volume adrenalin
1:100 (1 mg/mL)

Dibawah 6 bulan50 mcg0.05 mL
6 bulan – 6 tahun120 mcg0.12 mL
6-12 tahun250 mcg0.25 mL
Dewasa dan remaja500 mcg0.5 mL

Dosis di atas bisa diulangi beberapa kali, jika perlu tiap 5 menit, menurut tekanan darah, nadi dan fungsi pernapasan, sampai terjadi perbaikan. Injeksi subkutan umumnya tidak dianjurkan.

Adrenalin Intravena

Jika pasien sangat parah dan ada keraguan terhadap kecukupan sirkulasi dan absorpsi dari injeksi intramuskular, adrenalin dapat diberikan sebagai injeksi intravena lambat dengan dosis 500 mcg (5 mL larutan encer injeksi adrenalin 1:10.000) diberikan dengan kecepatan 100 mcg/menit (1 mL larutan encer 1:10.000 per menit) dan dihentikan jika respons telah diperoleh.

Pada anak-anak dapat diberikan 10 mcg/kg bb (0.1 mL/kg bb larutan encer injeksi adrenalin 1:10.000) secara injeksi intravena lambat selama beberapa menit. Pengawasan/monitor ketat diperlukan untuk memastikan bahwa obat diberikan dengan kadar yang tepat. Pada kit syok anafilaktik perlu dibedakan dengan sangat jelas antara larutan 1:10.000 dan larutan 1:1000.

Penting diperhatikan bahwa jika injeksi intramuskular masih mungkin berhasil, jangan membuang waktu untuk mencari vena.

Pemberian sendiri adrenalin (epinefrin)

Individu yang mempunyai risiko tinggi untuk mengalami syok anafilaksis perlu membawa adrenalin setiap waktu dan selanjutnya perlu diajarkan bagaimana menyuntikkannya. Pada kemasan perlu diberi label supaya pada kasus kolaps yang terjadi dengan cepat, orang lain dapat memberikan adrenalin tersebut. Penting untuk memastikan adanya persediaan yang cukup untuk mengobati gejala anafilaksis, sampai datang pertolongan medis.

Inhalasi adrenalin

Walaupun inhalasi adrenalin tersedia, namun kemampuan untuk menginhalasi selama serangan mungkin terbatas. Walaupun demikian, inhalasi adrenalin dapat berguna untuk pasien tanpa gejala lain yang mungkin mengalami angioedema dan udem laringeal.

penting: untuk pasien yang pernah mengalami reaksi sangat merugikan, injeksi adrenalin perlu dipertahankan sebagai pilihan pertama.

Monografi

EPINEFRIN (ADRENALIN)

Indikasi:
terapi darurat anafilaksis akut; angioedema; resusitasi kardiopulmonar.

Peringatan:
hipertiroidism, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung iskemik, pasien usia lanjut.

Hanya seorang Apoteker biasa; Tidak pintar; Tidak bodoh; -Berbagi tidak Pernah Rugi- :)
Lihat semua tulisan 📑.