29.1 C
Banjarmasin
Rabu, Juli 24, 2024

Analisa Simplisia versi Materia Medika, Farmakope dan WHO

Apoteker.Net – Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terbagi atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.

Beberapa pengujian dilakukan pada penetapan standart antara lain: Mikroskopik, kecuali dinyatakan lain, uraian mikroskopik mencakup pengamatan terhadap penampang melintang simplisia atau bagian simplisia dan terhadap fragmen pengenal serbuk simplisia. Organoleptis, meliputi uji tentang wujud, rupa, warna, bau, rasa.

Penetapan kadar, dalam pengujiannya jumlah dosis yang digunakan tidak boleh lebih kecil dari yang ditetapkan. Secara sebanding, jumlah yang lebih besar atau lebih kecil dari bobot atau volume yang ditetapkan dari bahan yang ditetapkan kadarnya, asal pengukuran dilakukan dengan ketelitian yang ekivalen.

Uji identifikasi, suatu cara untuk membuktikan bahwa bahan yang diperiksa mempunyai identitas yang sesuai dengan yang tertera pada etiket.

Ada beberapa cara dalam metode analisis untuk simplisia (Penetapan Standart Analisis Simplisia) menurut Farmakope Indonesia, Materia Medika dan WHO.

Bagaimana cara menganalisa simplisia? Yang tertuang dalam Materia Medika Indonesia, adalah:

  1. Penetapan Kadar Minyak Atsiri
    Cara penetapan dengan mencampur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling, pasang alat dan mengisi buret dengan air hingga penuh, kemudian panaskan dengan penangas udara sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi teratur. Setelah penyulingan selesai, biarkan selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b.
  2. Penetapan Kadar Abu
    Lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama, masukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijakan perlahan – lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, kemudian disaring. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
  3. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam
    Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml asam klorida encer P selama 5 menit, kemudian mengumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
  4. Penetapan Kadar Abu Yang Larut Dalam Air
    Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml asam klorida encer P selama 5 menit, kemudian mengumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu. Cuci dengan air panas dan pijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450o, hingga bobot tetap. Hitung kadar abu yang larut dalam air terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
  5. Penetapan Kadar Air
    Pereaksi dan larutan yang digunakan peka terhadap air, hingga harus dilindungi dari pengaruh kelembapan udara. Cara penetapan, dapat dilakukan dengan titrasi dan destilasi. Titrasi dapat dilakukan dengan titrasi langsung dan titrasi tidak langsung, pereaksi yang digunakan Karl Fischer dan larutan baku air-metanol. Sedangkan cara destilasi menggunakan pereaksi toluen.

Titrasi Langsung
Kecuali dinyatakan lain, masukkan lebih kurang 20 ml metanol P ke dalam labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik akhir tercapai. Masukkan dengan cepat sejumlah zat yang ditimbang seksama yang mengandung 10-50 mg air, ke dalam labui titrasi, aduk selama 1 menit. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang telah diketahui kesetaraan airnya.

Titrasi Tidak Langsung
Masukkan lebih kurang 20 ml metanol P ke dalam labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi dari Karl Fischer hingga titik akhir tercapai. Masukkan dengan cepat sejumlah zat ditimbang seksama yang mengandung 10-50 mg air, campur. Tambahkan pereaksi Karl Fischer berlebih dan yang diukur seksama, biarkan selama beberapa waktu hingga reaksi sempurna. Titrasi kelebihan pereaksi dengan larutan baku air-metanol.
Destilasi

Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci, bilas dengan air, keringkan dalam lemari pengering. Ke dalam labu kering masukkan sejumlah zat yang ditimbang seksama yang mengandung 2-4 ml air. Jika zat berupa pasta, timbang dalam sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu. Untuk zat yang dapat menyebabkan gejolak mendadak, tambahkan dengan pasir kering yang telah dicuci secukupnya hingga mencukupi dasar labu atau sejumlah tabung kapiler, panjang lebih kurang 200 ml toluen ke dalam labu, hubungkan alat. Tuang toluen ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.

Setelah toluen mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tipa detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan dengan kawat tembaga dan telah dibasahi dengan toluen. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima pendingin hingga suhu kamar. Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, gosok dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluen hingga tetesan air turun. Setelah iar dan toluen memisah sempurna, baca volume air.

  1. Penetapan Susut Pengeringan
    Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap. Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan 105o. Susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut : Timbang saksama 1 g sampai 2 g zat dalam botol timbang dangkal bertututp yang yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5o dan 10o dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.
  2. Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air
    Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5 g serbuk dengan 100 ml air kloform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105o hingga bobot tetap.
  3. Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Etanol
    Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5 g serbuk dengan 100 ml etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol (95%), uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105o hingga bobot tetap.
  4. Penetapan Bahan Organik Asing
    Bahan organik asing:

    1. Bagian tanaman atau seluruh tanaman asala simplisia, tertera atau jumlahnya dibatasi dalam uraian pemerian dslsm monogrsfi ysng bersangkutan.
    2. Hewan utuh atau bagiannya atau zat yang dikeluarkan.
      Timbang antara 25 g dan 500 g simplisia, ratakan. Pisahkan sesempurna mungkin bahan organik asing, timbang, dan tetapkan jumlahnya dalam persen terhadap simplisia yang digunakan. Makin kasar simplisia yang diperiksa makin banyak jumlah simplisia yang ditimbang.
  5. Penetapan Kadar Tanin
    Lebuh kurang 2 g serbuk yang ditimbang saksama panaskan dengan 50 ml air mendidih di atas penangas air selama 30 menit sambil diaduk. Diamkan selama beberapa menit enap tuangkan melalui segumpal kapas ke dalam labu takar 250 ml. Sari sisa dengan air mendidih, saring larutan ke dalam labu takar yang sama. Ulangi penyarian beberapa kali hingga larutan bila direaksikan dengan besi II amonium sulfat tidak menunjukkan adanya tanin. Dinginkan cairan dan tambahkan air secukupnya hingga 250 ml. Pipet 25 ml larutan ke dalam labu 1000 ml tambahkan 750 ml air dan 25 ml asam indigo sulponat LP, titrasi dengan kalium permanganat 0,1 N hingga larutan berwarna kkuning emas. 1 ml kalium permanganat 0,1 N setara dengan 0.004157 g tanin. Lakukan percobaan blanko.

Selain dengan Materia Medika, Farmakope Indonesia juga menyebutkan Bahan Organik Asing, Penetapan Kadar Abu, Penetapan Kadar Abu yang Tidak larut dalam Asam, Penetapan Serat Kasar, Penetapan Kadar Minyak Atsiri, Penetapan Kadar Air.

Lalu WHO juga hadir dengan Penetapan Kadar Air. Penetapan kadar air dilakukan dengan cara penyulingan menurut prosedur yang direkomendasikan oleh “World Health Organization” (WHO), ke dalam labu yang tidak dicuci dengan air dan telah dikeringkan, tuangkan 200 mL toluen dan dua ml air. Kemudian disuling selama dua jam, setelah itu dibiarkan dingin selama 30 menit dan volume air dibaca dengan ketatapan 0,05 mL.

Sejumlah 25 gram serbuk dimasukkan ke dalam labu lalu dipanaskan secara perlahan-lahan selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, kecepatan penyulingan mulai diatur lebih kurang dua tetes tiap detik, sehingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga empat tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen penyulingan dilarutkan selama lima menit. Tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar dan diusahakan tidak ada air yang melekat pada tabung penerima.

Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca kadar air dihitung dalam persen (%).n1 = volume air hasil penyulingan pertama (mL); n = volume air hasil penyulingan kedua (mL) (17).

Jimmy Ahyari
Jimmy Ahyari
Seorang apoteker yang juga menyukai dunia internet dan teknologi informasi. Just google my name. 🤣
Continue Reading

Disclaimer: Artikel yang terdapat di situs ini hanya bertujuan sebagai informasi, dan bukan sebagai referensi utama atau pengganti saran/tindakan dari profesional.

error: