29.1 C
Banjarmasin
Rabu, Juli 24, 2024

Dasar Nitrimetri

Apoteker.Net – Nitrimetri adalah suatu teknik analisis kimia yang menggunakan nitrit (NO2) sebagai indikator atau reagen titrasi untuk menentukan konsentrasi suatu zat kimia yang bersifat oksidatif. Nitrimetri mengandalkan prinsip redoks, yaitu reaksi kimia yang melibatkan transfer elektron dari satu zat ke zat lainnya.

Dasar-dasar nitrimetri meliputi:

  1. Prinsip dasar nitrimetri, yaitu bahwa reaksi antara nitrit dengan zat oksidatif dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi zat tersebut.
  2. Nitrit, yaitu suatu senyawa kimia dengan rumus NO2. Nitrit merupakan oksidator yang kuat dan dapat digunakan sebagai indikator atau reagen titrasi untuk menentukan konsentrasi zat oksidatif.
  3. Redoks, yaitu reaksi kimia yang melibatkan transfer elektron dari satu zat ke zat lainnya. Nitrimetri mengandalkan prinsip redoks untuk menentukan konsentrasi zat oksidatif.
  4. Indikator nitrit, yaitu suatu zat yang memiliki warna yang berbeda tergantung pada konsentrasi nitrit dalam larutan. Indikator ini digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
  5. Titrasi nitrimetri, yaitu proses pengukuran konsentrasi zat oksidatif dengan menambahkan larutan nitrit ke dalam larutan yang akan diuji secara bertahap sampai tercapai titik akhir titrasi.

Nitrimetri dapat digunakan untuk menganalisis berbagai jenis zat oksidatif, seperti alkali, logam, dan senyawa organik. Nitrimetri juga dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti kimia analitik, farmasi, dan biokimia.

Seorang farmasis dituntut untuk menguasai berbagai metode yang digunakan untuk penetapan kadar maupun pembakuan suatu bahan atau menganalisis senyawa obat. Salah satu metodenya yaitu nitrimetri yang termasuk dalam metode titrasi volumetri. Nitrimetri umumnya digunakan untuk penetapan sebagian besar obat sulfonamida dan obat-obat lain yang sesuai penggunaannya.

Penetapan kadar zat dengan jalan titrasi mengunakan natrium nitrit sebagai titran dinamakan nitrimetri. Titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar amina primer aromatik berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium dengan asam nitrit pada suhu di bawah 15oC. Dalam kondisi terkontrol, reaksi tersebut berlangsung secara kuantitatif. Oleh karena reaksi tersebut tidak begitu cepat maka titrasi dilakukan perlahan-lahan. Untuk menjaga suhu di bawah 15oC dapat digunakan pecahan es atau sirkulator. Di atas 15oC, garam diazonium yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi fenol (Khopkhar, 1990).

Akhir titrasi atau titik akhir tercapai ditandai dengan terjadinya warna biru seketika dan hal itu dapat ditunjukkan kembali setelah dibiarkan selama 1 menit. Reaksi yang terjadi pada titik akhir dapat ditulis sebagai berikut:

NaNO2 + HCl NaCl + HNO2
KI + HCl HI + KCl
HI + 2 HNO2 I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 + amilum iod-amilum (biru)
(Harjadi, 1993).

Titik akhir titrasi ditentukan secara visual dengan menggunakan kertas kanji iodida P atau pasta kanji iodida P (Underwood, 1999).

Karena mempunyai bobot ekivalen yang sama karena jenis reaksi yang terjadi sama, larutan titer natrium nitrit konsentrasinya dinyatakan dalam molar yaitu setiap satu mol senyawa yang mengandung gugus amin primer aromatik setara dengan satu mol NaNO2 membentuk garam diazonium. (Underwood, 1999).

*Sumber
Day R.A jr & A.L Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Artikel sebelumnya
Artikel selanjutnya
Jimmy Ahyari
Jimmy Ahyari
Seorang apoteker yang juga menyukai dunia internet dan teknologi informasi. Just google my name. 🤣
Continue Reading

Disclaimer: Artikel yang terdapat di situs ini hanya bertujuan sebagai informasi, dan bukan sebagai referensi utama atau pengganti saran/tindakan dari profesional.

error: