29.1 C
Banjarmasin
Rabu, Juli 24, 2024

Dasar Bromatometri

Apoteker.Net – Bromatometri adalah salah satu cabang ilmu yang berkaitan dengan analisis kimia yang berfokus pada identifikasi dan kuantifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam suatu bahan. Pada dasarnya, bromatometri menggunakan metode yang berbasis pada reaksi kimia untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa dalam suatu bahan. Bromatometri dapat digunakan untuk menganalisis berbagai jenis bahan, seperti makanan, obat-obatan, air, dan bahan industri.

Metode yang paling sering digunakan dalam bromatometri adalah spektroskopi, termasuk spektroskopi inframerah (IR), spektroskopi ultraviolet-visible (UV-Vis), dan spektroskopi resonansi magnetik nuclear (NMR). Metode ini menggunakan cahaya atau gelombang elektromagnetik lainnya untuk mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam suatu bahan dengan cara mengamati bagaimana cahaya tersebut dipengaruhi oleh senyawa yang ada. Bromatometri juga dapat menggunakan metode elektrokimia, seperti voltametri dan konduktometri, untuk mengukur konsentrasi senyawa dalam suatu bahan dengan cara mengamati perubahan potensial listrik atau konduktivitas elektrik yang terjadi selama reaksi kimia.

Untuk melakukan bromatometri, terlebih dahulu harus dilakukan pengenceran sampel bahan yang akan dianalisis ke dalam suatu larutan yang sesuai. Kemudian, sampel larutan tersebut dianalisis menggunakan salah satu metode bromatometri yang tepat untuk menentukan konsentrasi senyawa yang diinginkan. Setelah itu, hasil analisis dapat dianalisis dan diolah menggunakan teknik statistik untuk menentukan nilai rata-rata dan tingkat ketelitian dari hasil analisis tersebut.

Di kampus, seringkali menetapkan kadar suatu larutan dengan metode bromatometri menggunakan titrasi langsung ataupun titrasi tidak langsung.

Titrasi adalah metode analisis kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam suatu larutan dengan cara menambahkan larutan standar yang mengandung senyawa lain ke dalam larutan sampel sampai terjadi reaksi kimia yang tepat. Titrasi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Titrasi langsung adalah metode titrasi di mana reaksi kimia yang terjadi antara larutan sampel dan larutan standar dapat terlihat secara langsung, misalnya dengan perubahan warna atau perubahan pH. Titrasi tidak langsung adalah metode titrasi di mana reaksi kimia yang terjadi antara larutan sampel dan larutan standar tidak dapat terlihat secara langsung, sehingga perlu dilakukan pengukuran secara terpisah untuk menentukan konsentrasi senyawa dalam larutan sampel.

Pada penjelasan di paragraf awal, titrasi langsung dan tidak langsung tidak disebutkan karena bromatometri dapat menggunakan metode lain selain titrasi untuk menganalisis bahan, seperti spektroskopi atau elektrokimia. Titrasi hanya merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam bromatometri, dan tidak mutlak harus digunakan dalam setiap analisis bromatometri.

Pada titrasi langsung, dilakukan dalam suasana asam dan menggunakan indikator merah metil. Pada titrasi ini, menjelang titik akhir perlu ditambahkan lagi indikator karena dalam lingkungan asam merah metil akan dirusak oleh brom secara irreversibel menjadi warna kuning. Reaksi perusakan ini sangat cepat dan ada kemungkinan terjadi sebelum titik akhir tercapai sehingga perlu ditambahkan indikator lagi menjelang titik akhir.

Pada titrasi tidak langsung, penetapan kadar senyawa dilakukan dengan mereaksikan dengan brom berlebih yang biasanya didapat dari larutan kalium bromat-kalium bromida. Larutan tersebut ditambah dengan KI dan dititrasi dengan natrium tiosulfat dengan indikator pati. Penetapan kadar senyawa dengan titrasi tidak langsung ini dilakukan dalam erlenmeyer tertutup karena sifat brom yang mudah menguap.

Kalium Bromat merupakan oksidasi kuat. Sejumlah agen pereduksi, seperti arsenit(III), antimon(III), besi(III), dan sulfide-sulfidaserta organik tertentu dapat dititrasi secra langsung dengan sebuah kalium bromat. Reaksinya dengan arsenit(III) adalah :

BrO3 + 3HAsO2 Br + 3H2O

Titik akhirnya dari titrasinya ditandai dengan terbentuknya Bromin, sesuai dengan reaksi

BrO3 + 5Br + 6H+ 3Br2 + 3H2O

Terbentuknya bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi. Beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk memberikan perubahan warna. Tidak sebaik ?-nafthaflavon, quinoline yellow, metil orange atau red digunakan sebagai indikator (Underwood, 1981).

Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat berupa substitusi (dengan 8-hidroksiquinolin) atau bisa juga berupa adisi (dengan etilen) (Khopkar, 1990).

Kalium bromat mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi. Zat ini dapat dikeringkan pada temperatur 120o-150oC dan larutannya dalam air tahan untuk waktu yang tak terbatas. Maka ia dapat digunakan sebagai standar primer. Satu-satunya kekurangannya adalah bahwa ekuivalennya relatif kecil (FI Ed III).

*Sumber
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Day R.A jr & A.L Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Khopkar, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Artikel sebelumnya
Artikel selanjutnya
Jimmy Ahyari
Jimmy Ahyari
Seorang apoteker yang juga menyukai dunia internet dan teknologi informasi. Just google my name. 🤣
Continue Reading

Disclaimer: Artikel yang terdapat di situs ini hanya bertujuan sebagai informasi, dan bukan sebagai referensi utama atau pengganti saran/tindakan dari profesional.

error: