Apoteker.Net – Argentometri adalah metode analisis kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan yang mengandung ion argentum (Ag+). Metode ini sering digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan yang mengandung ion argentum dengan menggunakan indikator yang sensitif terhadap ion argentum, seperti kalium iodida (KI) atau kalium iodat (KIO3).
Pada argentometri, larutan indikator ditambahkan ke dalam larutan yang akan diuji, sehingga terjadi reaksi antara ion argentum dengan indikator yang mengakibatkan perubahan warna indikator. Konsentrasi ion argentum dapat ditentukan dengan menggunakan standar argentum yang telah diketahui konsentrasinya.
Argentometri dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi ion argentum dalam berbagai larutan, seperti larutan asam sulfat, larutan klorida, dan larutan nitrat. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan kadar argentum dalam sampel-sampel industri, seperti sampel logam, sampel organik, dan sampel anorganik.
Endapan perak klorida (AgCl) yang terbentuk dari larutan perak nitrat dan natrium klorida dapat digunakan dalam menentukan titik akhir dalam titrasi volumetrik. Titik akhir tersebut ditandai dengan habisnya semua klorida diendapkan menjadi perak klorida. Reaksi tersebut merupakan suatu reaksi pengendapan yang dapat dimanfaatkan dalam penetapan kadar secara volumetrik.Penetapan kadar dari suatu obat yang mengandung natrium bromida atau kalium iodida dapat dilakukan dengan argentometri dan juga dapat dilakukan untuk menetapkan kadar ion-ion halida.
Biasanya tujuan percobaan ini (di kampus gue) adalah untuk membakukan larutan AgNO3 0,1 N, membakukan larutan kalium tiosianat 0,1 N, menetapkan kadar Natrium Bromida, dan menetapkan kadar Kalium Iodida.
Dalam titrasi yang melibatkan garam perak, terdapat tiga indikator yang telah dipercaya selama bertahun-tahun. Ketiga metode ini akan diterangkan sebagai berikut :
a. Metode Fajans
Senyawa organik yang berwarna digunakan untuk mengadsorpsi pada permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur organiknya dan warna tersebut masih memungkinkan untuk mengubah diri menjadi lebih tua lagi sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik akhir titrasi pada endapan perak disebut sebagai indikator adsorpsi (Underwood, 1999).
Ditemukan fakta bahwa fluoresein tersubstitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak dengan memanfaatkan kelebihan elektron/ion pada klorida jika perak nitrat ditambahkan kedalam larutan natrium klorida. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida itu bermuatan negatif. Partikel negatif ini kemudian cenderung menarik ion-ion positif dari dalam larutan untuk membentuk lapisan adsorpsi skunder yang terikat lebih longgar. Jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya berlebih, ion-ion inilah akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel-partikel menjadi bermuatan positif, dan anion adalam larutan ditarik untuk membentuk lapisan skunder (Underwood, 1999).
b. Metode Mohr
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10 . Dalam larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat:
2H+ + 2CrO42- 2HCrO4 –> Cr2O72- + H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut (Svehla, 1990).
Digunakan sebagai suatu indikator untuk titrasi asam basa, pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan seperti titrasi Mohr (dari) klorida dengan ion perak, dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir titrasi (Underwood, 1999).
c. Metode Volhard
Didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi(III) untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat:
Ag+ + SCN –> AgSCN(s)
Fe3+ + SCN –> FeSCN2+ (merah)
Metode-metode lain yang lazim untuk perak dan klorida memerlukan larutan yang hampir netral agar titrasinya sukses. Banyak kation mengendap pada kondisi semacam ini dan karena itu menggangu dalam metode-metode ini (Anonim, 1995).
Dalam penetapan bromida dan iodida dengan metode Volhard yang tak langsung, reaksi dengan tiosinat tidak menimbulkan kesulitan apapun karena perak bromida kira-kira mempunyai kelarutan yang sama dengan perak tiosianat, dan perak iodida cukup lebih rendah kelarutannya (Underwood, 1999).
*Sumber:
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Ed. IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim. 1995. Ilmu Kimia Teori, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes, Jakarta.
Day A.R dan Underwood, A.L, 1990, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Jilid II. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.