Waktu yang Tepat untuk Minum Obat

Apoteker.Net – Waktu yang tepat untuk minum obat tergantung pada jenis obat yang Anda gunakan dan tujuan dari pengobatan. Berikut adalah beberapa saran umum mengenai waktu yang tepat untuk minum obat:

  1. Minum obat sesuai petunjuk dokter atau apoteker. Dokter atau apoteker Anda dapat memberikan instruksi tentang waktu yang tepat untuk minum obat, dosis yang tepat, dan jumlah kali sehari harus minum obat.
  2. Minum obat sesuai dengan label. Label obat biasanya mencantumkan instruksi tentang waktu yang tepat untuk minum obat.
  3. Minum obat dengan makanan atau tanpa makanan. Beberapa obat harus dikonsumsi dengan makanan untuk mengurangi efek samping, sedangkan obat lain lebih baik dikonsumsi tanpa makanan. Ikuti petunjuk dokter atau apoteker tentang apakah harus minum obat dengan makanan atau tanpa makanan.
  4. Minum obat pada waktu yang sama setiap hari. Meminum obat pada waktu yang sama setiap hari dapat membantu Anda mengingat untuk minum obat dan memastikan bahwa Anda mengonsumsi obat dengan tepat.
  5. Beri tahu dokter atau apoteker jika Anda lupa minum obat. Jika Anda lupa minum obat, segera hubungi dokter atau apoteker Anda untuk meminta instruksi. Jangan mencoba untuk membuat kekurangan dengan minum dosis yang lebih besar dari obat yang Anda lewatkan.

Obat umumnya diberikan dengan interval pemberian 3-4 kali sehari, yang juga hampir sama dengan kebiasaan makan sehari-hari yaitu 3 kali sehari. Anjuran untuk minum obat dalam hubungannya dengan makan memang tergantung pengaruh makanan terhadap efek obat dan dampak pemberian obat dengan ada atau tidak adanya makanan.

Interaksi Obat dengan Makanan

Makanan dapat mempengaruhi profil farmakokinetika obat, sehingga dapat mempengaruhi ketersediaan hayati dan efek terapi obat tersebut. Pengaruh makanan terhadap farmakokinetika obat ini terutama terjadi pada proses absorbsi, meskipun dapat pula terjadi pada proses metaolisme dan ekskresi obat.

Pengaruh makanan pada proses absorbsi

Pengaruh makanan terhadap abrsorbsi obat terjadi akibat adanya perubahan fisiologis dalam saluran cerna atau adanya interaksi fisik dan kimiawi antara komponen makanan tertentu dengan molekul obat. Perubahan fisiologi saluran cerna yang dapat terjadi akibat adanya makanan adalah:

  1. Motilitas saluran cerna
    Motilitas saluran cerna dapat meningkat akibat mekanan. Jika motalitas terlampau cepat akan menyebabkan absorbsi kurang sempurna karena obat terlalu cepat melewati tempat absorbsi. Misalnya rifampicin, dll.
  2. Waktu pengosongan lambung
    Makanan panas dengan viskositas tinggi, lemak, protein, dan karbohidrat akan menghambat waktu pengosongan lambung. Kelambatan waktu pengosongan lambung akan menurunkan absorbsi obat yang bersifat asam atau netral, sebaliknya akan meningkatkan obat-obat yang diabsorbsi melalui transport aktif.
  3. Sekresi dalam saluran cerna
    Makanan akan meningkatkan sekresi asam lanmbung, cairan empedu, dan enzim-enzim lambung, sehingga mempengaruhi disolusi dan metabolisme obat-obat yang tidak stabil pada asam atau enzim lambung.
  4. Kecepatan aliran darah
    Makanan akan meningkatkan aliran darah di saluran cerna dan organ-organ lain, yang dapat mempengaruhi efesiensi absorbsi obat terutama obat-obat yang mengalami metabolisme lintas pertama.
  5. Volume cairan dalam saluran cerna
    Semakin besar volume dalam saluran cerna semakin cepat waktu pengosongan lambung, sehingga akan meningkatkan absorbsi obat.
  6. Faktor formulasi dan struktur kimia obat ternyata juga mempengaruhi absorbsi obat akibat adanya makanan.

Pengaruh makanan pada proses metabolisme

Pengaruh makanan pada proses metabolisme terjadi akibat terjadinya perubahan aktifitas enzim yang berperan dalam metabolisme obat, terutama di hepar. Kebiasaan makan, diet, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, zat tambahan pada makanan, dan polutan organik dapat memacu atau menghambat aktifitas enzim dalam hepar sehingga merubah kecepatan metabolisme obat dalam hepar.

Pengaruh makanan pada proses ekskresi

Pengaruh makanan pada proses ekskresi terutama terjadi pada ekskresi obat oleh ginjal. Beberapa obat tertentu dapat dipengaruhi ekskresinya karena terjadinya perubahan keasaman urin.


Saran-saran ini hanya merupakan panduan umum. Selalu ikuti petunjuk dokter atau apoteker Anda dan baca label obat sebelum mengonsumsi obat apa pun. Jika Anda memiliki pertanyaan tentang obat yang Anda minum, selalu bertanya kepada dokter atau apoteker Anda.

Artikel sebelumnya
Artikel selanjutnya
Jimmy Ahyari
Jimmy Ahyari
Seorang apoteker yang juga menyukai dunia internet dan teknologi informasi. Just google my name. 🤣
Continue Reading

Disclaimer: Artikel yang terdapat di situs ini hanya bertujuan sebagai informasi, dan bukan sebagai referensi utama atau pengganti saran/tindakan dari profesional.

error: