Apoteker.Net – Sebelum menganjurkan penggunaan pencahar, penting untuk dipastikan bahwa pasien mengalami konstipasi dan konstipasi tersebut bukan merupakan gejala sekunder dari keluhan yang tidak terdiagnosis.
Penting juga dipahami oleh mereka yang mengeluh konstipasi bahwa frekuensi buang air besar bisa bervariasi tanpa mengakibatkan bahaya.
Konstipasi adalah pembuangan tinja yang keras dengan frekuensi yang kurang dari biasanya. Hal ini perlu dijelaskan kepada pasien.
Salah pengertian terhadap kebiasaan buang air besar tersebut umumnya memicu penggunaan pencahar secara berlebihan. Penyalahgunaan pencahar dapat menyebabkan hipokalemia. Karena itu, pencahar sebaiknya dihindari kecuali peregangan yang terjadi dapat memperberat penyakit (seperti angina) atau meningkatkan risiko pendarahan rektum (misalnya hemoroid). Pencahar juga bermanfaat untuk obat yang menginduksi konstipasi, untuk pengeluaran parasit setelah pemberian obat kecacingan, dan untuk membersihkan saluran cerna sebelum proses pembedahan atau radiologi. Terapi konstipasi jangka panjang kadang kala diperlukan.
Anak
Penggunaan pencahar pada anak sebaiknya dihindari kecuali diresepkan oleh dokter yang ahli dalam tata laksana konstipasi pada anak. Buang air besar yang jarang mungkin normal pada bayi yang masih menyusu atau akibat kurangnya masukan cairan atau serat. Penundaan buang air besar lebih dari 3 hari dapat meningkatkan rasa nyeri saat pengeluaran tinja yang keras sehingga mengakibatkan fisura ani dan kejang anus, sampai kebiasaan menahan buang air besar.
Jika peningkatan asupan cairan dan serat tidak cukup memadai, pencahar osmotik seperti laktulosa atau pembentuk massa tinja seperti metilselulosa mungkin dapat digunakan. Jika terdapat bukti retensi feses yang ringan, penambahan suatu pencahar stimulan seperti senna mungkin membantu, tetapi dapat menyebabkan kolik atau dengan adanya tinja yang terkumpul dalam rektum akan meningkatkan laju keluarnya tinja. Rujukan ke rumah sakit mungkin diperlukan kecuali bila anak tersebut mampu mengeluarkan tinja secara spontan. Di rumah sakit, penggunaan makrogol oral atau penggunaan enema atau supositoria dapat mengeluarkan tinja, tetapi penggunaan sediaan rektal pada anak-anak sering membuat stress dan dapat menyebabkan penahanan buang air yang berkepanjangan. Di rumah sakit, enema dapat diberikan di bawah sedasi yang dalam atau sebagai penggantinya dapat dicoba larutan pembersih usus. Pada kasus yang berat atau bila anak merasa takut, pengosongan manual di bawah anestesi mungkin lebih sesuai. Penggunaan pencahar stimulan jangka panjang seperti senna atau natrium pikosulfat diperlukan untuk mencegah kambuhnya pengumpulan feses yang keras. Para orang tua harus didorong untuk menggunakannya secara teratur selama berbulan-bulan; penggunaan yang terputus mungkin dapat menyebabkan kekambuhan.
Wanita hamil
Jika perubahan pola makan dan pola hidup gagal menangani konstipasi pasca kehamilan, dosis sedang pencahar yang tidak diabsorbsi dapat digunakan. Pencahar pembentuk massa tinja sebaiknya dicoba lebih dahulu. Pencahar osmotik, seperti laktulosa, dapat juga digunakan. Jika diperlukan efek stimulan dapat diberikan bisakodil atau senna.
1.6.1 Pembentuk massa feses
Pencahar pembentuk massa feses meringankan konstipasi dengan cara meningkatkan massa feses yang merangsang peristaltik. Efeknya baru terlihat dalam beberapa hari, oleh karena itu pasien perlu diberitahu akan hal ini.
Pencahar pembentuk massa bermanfaat khususnya pada kasus konstipasi dengan feses yang sedikit dan keras, tetapi sebenarnya tidak diperlukan kecuali bila asupan serat dalam makanan tidak dapat ditingkatkan. Diet yang seimbang, termasuk asupan cairan dan serat yang cukup, bermanfaat dalam mencegah konstipasi.
Pencahar pembentuk massa bermanfaat dalam penanganan pasien dengan kolostomi, ilestomi, hemoroid, fisura ani, diare kronis akibat penyakit divertikular, irritable bowel syndrome, dan sebagai tambahan dalam kolitis ulseratif (lihat 1.5). Asupan cairan yang cukup harus dipertahankan untuk menghindari obstruksi usus. Serat merupakan sediaan pembentuk massa yang paling efektif.
Metilselulosa juga bekerja sebagai pelunak feses.
Monografi
ISPAGHULA SEKAM
Indikasi:
konstipasi
Peringatan:
asupan cairan yang cukup harus dipertahankan guna menghindari obstruksi usus. Mungkin perlu mengawasi pasien lansia atau yang lemah, atau pasien dengan penyempitan usus atau motilitas berkurang.
Kontraindikasi:
kesulitan menelan, obstruksi usus, atoni kolon
Efek Samping:
perut kembung, penegangan perut, obstruksi saluran cerna, hipersensitivitas
Dosis:
1 sachet sehari dalam 1 gelas air dalam dosis terbagi 1-3 kali sehari sebelum atau sesudah makan; Anak. di atas 6 tahun, setengah dosis dewasa atau kurang.
Saran:
sediaan ini mengembang bila kena air, maka harus hati-hati waktu menelan dengan air dan tidak boleh diberikan segera sebelum tidur.
1.6.2 Stimulan
Pencahar stimulan meliputi bisakodil dan obat golongan antrakuinon, misalnya sena dan dantron. Indikasi dantron terbatas karena potensi karsinogenik obat dan adanya bukti genotoksisitas. Stimulan kuat seperti kaskara (antrakuinon) dan minyak jarak saat ini sudah tidak digunakan lagi. Natrium dokusat bekerja sebagai stimulan dan pelunak feses.
Pencahar stimulan bekerja dengan cara meningkatkan motilitas usus dan sering kali menyebabkan kram perut. Tidak boleh digunakan pada obstruksi usus. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan diare dan efek terkait seperti hipokalemia, namun penggunaan jangka panjang dapat dipertimbangkan pada keadaan tertentu (lihat bagian 1.6 untuk penggunaan pencahar stimulan pada anak).
Supositoria gliserol bekerja sebagai stimulan rektal berdasarkan aksi kerja gliserol sebagai iritan ringan. Parasimpatomimetik betanekol, distigmin, neostigmin dan piridostigmin (lihat 7.4.1 dan 10.2.1) meningkatkan aktivitas parasimpatik pada usus dan meningkatkan motilitas usus. Obat-obat ini tidak boleh digunakan bila obstruksi usus terjadi oleh sebab organik dan segera setelah anastomosis usus.
Pencahar stimulan lain
Sediaan kaskara, frangula, rhubarb (kelembak) dan sena, aloe dan lain-lain yang tidak dibakukan sebaiknya dihindari karena kerja pencaharnya tidak dapat diperkirakan.
Monografi
BISAKODIL
Indikasi:
konstipasi, tablet bekerja dalam 10-12 jam, supositoria bekerja dalam 20-60 menit; sebelum prosedur radiologi dan bedah.
Peringatan:
lihat keterangan pada pencahar stimulan
Kontraindikasi:
lihat keterangan pada pencahar stimulan, bedah perut akut, inflammatory bowel disease akut, dehidrasi berat.
Efek Samping:
lihat keterangan pada pencahar stimulan; tablet: gripping; supositoria, iritasi lokal.
Dosis:
- Oral: untuk konstipasi, 5-10 mg malam hari; kadang-kadang perlu dinaikkan menjadi 15-20 mg; anak-anak (lihat juga 1.6) di bawah 10 tahun 5 mg.
- Rektum: dalam supositoria untuk konstipasi, 10 mg pada pagi hari; anak-anak (lihat 1.6) di bawah 10 tahun 5 mg. Sebelum prosedur radiologi dan bedah, 10 mg oral sebelum tidur malam selama 2 hari sebelum pemeriksaan dan jika perlu supositoria 10 mg 1 jam sebelum pemeriksaan; anak-anak setengah dosis dewasa.
DANTRON
Indikasi:
hanya untuk konstipasi pada pasien dengan sakit yang parah, pada semua usia
Peringatan:
lihat catatan pada pencahar stimulant; hindari kontak lama pada kulit (risiko iritasi dan ekskoriasi); hindari pada kehamilan dan menyusui; studi pada roden menunjukkan risiko karsinogenik.
Kontraindikasi:
lihat catatan pada pencahar stimulan.
Efek Samping:
lihat catatan pada pencahar stimulan; urine mungkin berwarna merah.
Dosis:
dewasa, 25-75 mg sebelum tidur; anak-anak 25 mg sebelum tidur.
GLISEROL
Indikasi:
konstipasi
NATRIUM DOKUSAT (NATRIUM DIOKTIL SULFOSUKSINAT)
Indikasi:
konstipasi (sediaan oral bekerja dalam 1-2 hari); tambahan pada prosedur radiologi abdomen.
Peringatan:
lihat keterangan pada pencahar stimulan; jangan diberikan bersama parafin cair; sediaan rektal tidak diindikasikan jika ada hemoroid atau fisura; wanita hamil (lihat lampiran 4), wanita menyusui (lihat lampiran 5).
Kontraindikasi:
lihat keterangan pada pencahar stimulan;
Efek Samping:
lihat keterangan pada pencahar stimulan;
Dosis:
oral, konstipasi sampai dengan 500 mg sehari dalam dosis terbagi. Dengan barium 400 mg.
NATRIUM PIKOSULFAT
Indikasi:
konstipasi, pengosongan usus sebelum prosedur radiologi abdomen, endoskopi dan bedah.
Peringatan:
lihat keterangan pada pencahar stimulan, inflammatory bowel disease akut (hindari bila fulminan), wanita menyusui (lihat Lampiran 5)
Kontraindikasi:
lihat keterangan pada pencahar stimulan, dehidrasi berat.
Efek Samping:
lihat keterangan pada pencahar stimulan
Dosis:
dewasa, 5-15 mg malam hari; anak-anak 2-5 tahun 2,5 mg, 5-10 tahun 2,5-5 mg
1.6.3 Pelunak feses
Parafin cair (pelicin klasik) menunjukkan beberapa risiko penggunaan (lihat di bawah). Pencahar pembentuk masa feses (lihat 1.6.1) dan zat pembasah surfaktan non-ionik seperti natrium dokusat (lihat 1.6.2) juga bersifat melunakkan feses. Obat-obat semacam itu bermanfaat pada pemberian secara oral untuk prosedur hemoroid dan fisura. Gliserol (lihat 1.6.2) digunakan secara rektal.
Enema yang mengandung minyak kacang melumas dan melunakkan feses serta meningkatkan gerakan usus.
Monografi
PARAFIN CAIR
Indikasi:
konstipasi
Peringatan:
hindari penggunaan jangka panjang
Kontraindikasi:
anak usia di bawah 3 tahun.
Efek Samping:
tirisan (rembesan) anal parafin menyebabkan iritasi anal setelah penggunaan jangka panjang, reaksi granulomatosa disebabkan oleh absorpsi sedikit parafin cair (terutama dari emulsi), pnemonia lipoid dan gangguan absorpsi vitamin-vitamin larut lemak.
Dosis:
10 mL pada malam hari bila perlu
Saran: tidak boleh digunakan sebelum tidur
1.6.4 Pencahar osmotik
Pencahar osmotik bekerja dengan cara menahan cairan dalam usus secara osmosis atau dengan mengubah penyebaran air dalam feses.
Laktulosa adalah disakarida semisintetik yang tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Senyawa ini menyebabkan diare osmotik dengan pH feses yang rendah dan mengurangi proliferasi organisme penghasil amonia. Karena itu laktulosa bermanfaat dalam pengobatan ensefalopati hepatik. Laktitol merupakan disakarida sejenis.
Makrogol merupakan polimer etilen glikol inert yang memerlukan cairan di usus besar. Pemberian cairan dengan makrogol dapat menurunkan efek dehidrasi yang terkadang ditemukan pada pencahar osmotik. Garam purgatif seperti magnesium hidroksida bermanfaat untuk penggunaan sesekali, asupan cairan yang cukup sebaiknya dipertahankan. Garam magnesium bermanfaat bila diperlukan pengosongan usus yang cepat. Garam natrium sebaiknya dihindari karena pada individu yang peka dapat menimbulkan retensi air dan natrium. Enema fosfat bermanfaat untuk membersihkan usus besar sebelum prosedur radiologi, endoskopi dan pembedahan.
Monografi
GARAM MAGNESIUM
Indikasi:
konstipasi (magnesium hidroksida), pengosongan usus yang cepat sebelum prosedur radiologi endoskopi dan bedah (magnesium sulfat)
Peringatan:
gangguan ginjal (risiko penumpukan magnesium); gangguan hati; lansia dan pasien yang lemah
Interaksi:
lihat Lampiran 1 (garam magnesium)
Kontraindikasi:
kondisi penyakit saluran cerna akut
Efek Samping:
kolik
Dosis:
magnesium hidroksida: jika perlu 2-4 g sebagai 8% suspensi dalam air; magnesium sulfat: 5-10 g dengan segelas air penuh sebelum makan pagi atau pada saat perut kosong (bekerja dalam 2-4 jam)
LAKTULOSA
Indikasi:
konstipasi (bekerja dalam waktu 48 jam), ensefalopati hepatik (ensefalopati sistemik portal)
Peringatan:
intoleransi laktosa
Kontraindikasi:
galaktosemia, obstruksi usus
Efek Samping:
kembung, kram dan perut terasa tidak enak
Dosis:
- konstipasi, mula-mula 10 g dua kali sehari kemudian disesuaikan menurut kebutuhan pasien; anak-anak (lihat juga 1.4) di bawah 1 tahun 1,5 g dalam 25 mL larutan, 1-5 tahun 3 g dalam 5 mL larutan, 5-10 tahun 2 kali sehari.
- Ensefalopati hepatik, 20-30 g 3 kali sehari kemudian disesuaikan sampai feses menjadi lunak, 2-3 kali sehari.
Saran: serbuk dapat ditaruh di atas lidah dan dibasuh dengan air atau cairan lain atau ditebarkan pada makanan, atau dicampur dengan air atau cairan lain sebelum ditelan.
1.6.5 Larutan pembersih usus
Larutan pembersih usus digunakan sebelum pembedahan kolon, kolonoskopi, atau pemeriksaan radiologi untuk memastikan usus bebas dari feses. Larutan pembersih usus bukan merupakan terapi untuk mengatasi konstipasi.