Suppositoria Jangan Dimakan!

Pernah suatu ketika ada pasien yang menerima resep sediaan dengan bentuk suppositoria. Karena si “penerima” resep tidak memberitahu cara penggunaannya, sang pasien malah memakan dan mengunyah layaknya sebuah coklat namun berasa hambar. Padahal suppositoria memiliki cara penggunaan special. Mengapa spesial? Silakan simak penjelasan berikut…

Suppositoria merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau

obat generik oke

Mutu Obat Generik Tidak Kalah dari Obat Bermerk

Mutu Obat Generik Tidak Kalah Dari Obat Bermerk. Ketika mendengar obat generik, umumnya orang akan langsung mengasumsikannya sebagai obat kelas dua, artinya mutunya kurang bagus. Obat generik pun kerap dicap obat bagi kaum tak mampu. Betulkah asumsi ini?

Faktanya tidak demikian. Kurangnya informasi seputar obat generik adalah salah satu faktor penyebab obat generik dipandang sebelah mata. Padahal dengan beranggapan demikian, selain merugikan pemerintah, pihak pasien pasien sendiri menjadi tidak efisien dalam membeli obat.

Semua obat baru, tentu harus dibayar tinggi untuk jasa penemuannya; yang juga menjadi hak eksklusifnya. Namun,

Kesahatan dan Makanan

Pernah mendengar istilah “Penyakit Kesejahteraan”? atau kalimat seperti “Wuah.. udah gemuk sekarang.. Pasti hidupmu sekarang enak..”?

Sebenarnya tingkat ekonomi seseorang tidak menentukan gemuk atau kurus, ada orang kaya yang kurus karena bekerja terlalu keras, sebaliknya ada pula yang sederhana namun agak gemuk-an.

Diluar faktor genetik, secara langsung maupun tidak, hal di atas terkait dengan pola makan dan “apa” yang dimakan. Seperti halnya makanan yang mengandung lemak yang tinggi diduga kuat turut bertanggung jawab atas terjadinya overweight (kegemukan), diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker usus besar, payudara atau

Farmakologi Secara Umum

Farmakologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang obat dengan segala aspeknya (sifat kimiawi, fisika, fisiologi, resorpsi hingga “nasib” obat dalam tubuh). Pengetahuan khusus tentang interaksi obat dengan tubuh manusia disebut Farmakologi Klinis.

Sebenarnya Farmakologi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Farmakognosi

Pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman, mineral dan hewan beserta zat aktifnya.

2. Biofarmasi

Bidang yang mempelajari pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya (khasiat)

3. Farmakokinetika

Bidang khusus untuk meneliti “perjalanan” obat dalam tubuh.

Obat Berkhasiat Keras

Obat berkhasiat keras adalah bahan-bahan yang berkhasiat seperti obat biasa (menyembuhkan, mencegah, mematikan kuman dll) namun juga berbahaya jika penggunaannya tidak diawasi. Seperti keris bermata dua. Ups! Pisau bermata dua maksudnya 😉

Obat berkhasiat keras ini dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Daftar G (Daftar Obat Keras)

Obat yang termasuk dalam Daftar G hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dari dokter. Obat ini boleh diulang tanpa menyertakan resep baru asalkan

Perkembangan Sejarah Obat

Obat merupakan segala bentuk zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya.

Di masa lalu (sampai sekarang 😉 ), kebanyakan obat berasal dari tanaman. Orang purba mengobati penyakit dari cara coba-mencoba. Istilah kerennya sih “empiris”. Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan Tradisional Jamu.

Akan tetapi, tidak semua obat “memulai” sejarahnya sebagai obat anti penyakit. Ada obat yang pada awalnya digunakan sebagai racun seperti

Peranan Apoteker di Farmasi Komunitas

Apoteker. Benar, orang yang dipandang mengetahui banyak tentang obat dan telah ter-sertifikasi disebut apoteker. Layaknya title dokter (dr.), apoteker juga merupakan sebuah profesi. Profesi berasal dari kata Profesional.

Mengapa apoteker bisa disebut profesional?

Hal tersebut tidak terlepas dari peran dan bidang yang digeluti serta tanggung jawab-nya. Untuk Peranan Apoteker di Farmasi Komunitas di antaranya meliputi:

  1. Tanggung jawab pada obat yang tertulis pada resep

Saat ini, pelayanan yang paling utama dari peran apoteker adalah informasi tentang obat yang sering kali diperlukan dan dibutuhkan oleh pasien.

Untuk memberikan informasi yang benar tentang obat, seorang apoteker harus selalu berada di TKP (Tempat Kegiatan Penjualan & Pelayanan 😛 ). Di samping itu juga harus mengetahui tentang:

Peran Apoteker (seharusnya) – Bag.1

Sudah sering dalam perkuliahan farmasi “terdengar” kalimat bahwa “Apoteker masa kini berorientasi pada pasien“. Apa yang dapat diambil dari pernyataan tersebut? “Masa kini” yang seperti apa? Abad ke-20? Ke-21? Sekarang? Atau hanya sebuah wacana pendidikan yang harus dihapal dan saat menuliskan kembali ketika ujian memperoleh nilai A?

Memang tidak 100% apoteker di Indonesia “melenceng” dari peran yang seharusnya mereka lakukan, tapi mengapa tidak 100%? Oleh sebab itu, pernah suatu ketika seorang apoteker ditanya, “mengapa tidak mendaftar menjadi PNS atau perusahaan?” dia menjawab dengan bijaksana dengan “aroma” ideologi yang sangat kentara, “karena Saya tidak ingin terikat. Jika Saya terikat dengan suatu lembaga, Saya akan sulit menentukan kebijakan untuk pasien karena Saya harus mendahulukan kepentingan lembaga dan (terkadang) mengesampingkan kebutuhan utama pasien”.

“Apoteker masa kini berorientasi pada pasien“? Atau masih menerapkan “sistem”