Anti Angina

Apoteker.Net – Obat yang digunakan untuk menanggulangi serangan akut angina pektoris dan profilaksisnya meliputi:

2.4.1  Nitrat

Senyawa nitrat berguna dalam pengobatan angina. Walaupun, senyawa nitrat merupakan vasodilator koroner yang poten, manfaat utamanya adalah mengurangi alir balik vena sehingga mengurangi beban ventrikel kiri. Efek samping senyawa nitrat seperti sakit kepala, muka merah, dan hipotensi postural, dapat membatasi pelaksanaan terapi, terutama pada angina yang berat atau pada pasien yang sangat sensitif terhadap efek nitrat.

Gliseril trinitrat sublingual merupakan salah satu obat yang paling efektif untuk mengurangi gejala angina dengan cepat. Namun, efeknya hanya 20-30 menit. Pada pemberian pertama, biasanya diberikan tablet 300 mcg. Bentuk semprot aerosol merupakan cara lain untuk mengurangi gejala-gejala angina dengan cepat bagi pasien yang kesulitan untuk melarutkan sediaan sublingual. Lama kerja dapat diperpanjang dengan modifikasi pelepasan obat dan sediaan transdermal.

Isosorbid dinitrat secara sublingual aktif dan merupakan sediaan yang lebih stabil bagi pasien yang hanya kadang-kadang memerlukan nitrat. Senyawa ini juga efektif secara oral untuk profilaksis. Walaupun mula kerjanya lebih lambat, tetapi efeknya dapat bertahan beberapa jam. Aktivitas isosorbid dinitrat mungkin bergantung pada produksi metabolit aktifnya, terutama isosorbid mononitrat. Metabolit aktif ini juga tersedia untuk profilaksis angina, namun keuntungannya dibanding isosorbid dinitrat masih belum jelas.

Gliseril trinitrat atau isosorbid dinitrat dapat diberikan secara intravena, bila bentuk sublingualnya tidak efektif pada pasien nyeri dada akibat infark miokard atau iskemia yang berat. Pemberian intravena juga bermanfaat dalam pengobatan gagal ventrikel kiri akut.

Toleransi. Beberapa pasien yang diberi senyawa nitrat kerja panjang atau transdermal dengan cepat mengalami toleransi (efek terapi berkurang). Jika toleransi diperkirakan dapat terjadi setelah penggunaan sediaan transdermal, sediaan tersebut harus dihentikan selama beberapa jam berurutan dalam setiap kurun waktu 24 jam. Jika menggunakan sediaan isosorbid dinitrat lepas lambat (atau formulasi konvensional isosorbid mononitrat), tablet kedua dapat diberikan 8 jam setelah tablet pertama, tidak perlu sampai 12 jam. Sediaan konvensional isosorbid mononitrat tidak boleh diberikan lebih dari 2 kali sehari (kecuali bila digunakan dosis kecil), sedangkan bentuk retard hanya boleh sekali sehari.

Monografi

GLISERIL TRINITRAT

Indikasi:
profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.

Peringatan:
gangguan hepar atau ginjal berat; hipotiroidisme, malnutrisi, atau hipotermia; infrak miokard yang masih baru; sistem transdermal yang mengandung logam harus diambil sebelum kardioversi atau diatermi; toleransi (lihat keterangan di atas).

Interaksi:
lihat lampiran 1 (gliseril trinitrat).

Kontraindikasi:
hipersensitivitas terhadap nitrat; hipotensi atau hipovolemia; kardiopati obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikarditis konstruktif, stenosis mitral; anemia berat, trauma kepala, perdarahan otak glaukoma sudut sempit.

Efek Samping:
sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural, takikardi (dapat terjadi bradikardi paradoksikal).

Injeksi. Efek samping yang khas setelah injeksi (terutama jika diberikan terlalu cepat) meliputi hipotensi berat, mual dan muntah, diaforesis, kuatir, gelisah, kedutan otot, palpitasi, nyeri perut, sinkop; pemberian jangka panjang disertai dengan methemoglobinemia.

Dosis:

  • sublingual, 0,3-1 mg, bila perlu diulang.
  • Oral profilaksis angina, 2,6-2,8 mg 3 kali sehari atau 10 mg 2-3 kali sehari.
  • Infus intravena, 10-200 mcg/menit.

ISOSORBID DINITRAT

Indikasi:
profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.

Peringatan: Kontraindikasi: Efek Samping:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

Dosis:

  • Sublingual, 5-10 mg.
  • Oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg; gagal jantung kiri 40-160 mg, sampai 240 mg bila diperlukan.
  • Infus intravena, 2-10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam mungkin diperlukan.

ISOSORBID MONONITRAT

Indikasi:
profilaksis angina; tambahan pada gagal jantung kongesif.

Peringatan: Kontraindikasi: Efek Samping:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

Dosis:
dosis awal 20 mg 2-3 kali sehari atau 40 mg 2 kali sehari (10 mg 2 kali sehari pada pasien yang belum pernah menerima nitrat sebelumnya); bila perlu sampai 120 mg sehari dalam dosis terbagi.

PENTAERITRIOL TETRANITRAT

Indikasi:
profilaksis angina.

Peringatan:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

Kontraindikasi:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

Efek Samping:
lihat pada Gliseril Trinitrat.

Dosis:
Oral, 60 mg 3-4 kali sehari.

2.4.2  Antagonis kalsium

Antagonis kalsium menghambat arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat membran sel yang aktif. Golongan ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah, sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung, dan tonus vaskuler sistemik atau koroner. Pemilihan obat-obat golongan antagonis kalsium berbeda-beda berdasarkan perbedaan lokasi kerja, sehingga efek terapetiknya tidak sama, dengan variasi yang lebih luas daripada golongan beta bloker. Terdapat beberapa perbedaan penting di antara obat-obat golongan antagonis kalsium verapamil, diltiazem, dan dihidropiridin (amlodipin, felodipin, isradipin, lasidipin, lerkanidipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, dan nisoldipin). Verapamil dan diltiazem biasanya harus dihindari pada gagal jantung karena dapat menekan fungsi jantung sehingga mengakibatkan perburukan klinis.

Verapamil digunakan untuk pengobatan angina, hipertensi, dan aritmia. Obat ini merupakan antagonis kalsium dengan kerja inotropik negatif yang poten, mengurangi curah jantung, memperlambat denyut jantung, dan mengganggu konduksi AV. Dengan demikian verapamil dapat mencetuskan gagal jantung, memperburuk gangguan konduksi, dan menyebabkan hipotensi pada dosis tinggi. Karena itu obat ini tidak boleh digunakan bersama dengan beta bloker. Efek samping utamanya berupa konstipasi.

Nifedipin merelaksasi otot polos vaskular sehingga mendilatasi arteri koroner dan perifer. Obat ini lebih berpengaruh pada pembuluh darah dan kurang berpengaruh pada miokardium dari pada verapamil. Tidak seperti verapamil, nifedipin tidak mempunyai aktivitas antiaritmia. Nifedipin jarang menimbulkan gagal jantung, karena efek inotropik negatifnya diimbangi oleh pengurangan kerja ventrikel kiri. Sediaan nifedipin kerja pendek tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang hipertensi, karena menimbulkan variasi tekanan darah yang besar dan refleks takikardia.

Nikardipin memiliki efek serupa dengan nifedipin, dengan menghasilkan sedikit pengurangan kontraktilitas miokard.

Amlodipin dan felodipin menunjukkan efek yang serupa dengan nifedipin dan nikardipin, tidak mengurangi kontraktilitas miokard dan tidak menyebabkan perburukan pada gagal jantung. Obat ini mempunyai masa kerja yang lebih panjang, dan dapat diberikan sekali sehari. Nifedipin, nikardipin, amlodipin, dan felodipin digunakan untuk pengobatan angina atau hipertensi. Semuanya bermanfaat pada angina yang disertai dengan vasospasme koroner. Efek samping akibat efek vasodilatasinya adalah muka merah dan sakit kepala, dan edema pergelangan kaki (yang hanya memberikan respons parsial terhadap diuretika).

Diltiazem efektif untuk sebagian besar angina. Selain itu, sediaan kerja panjangnya juga digunakan untuk terapi hipertensi. Senyawa ini dapat digunakan untuk pasien yang karena sesuatu sebab tidak dapat diberikan beta bloker. Efek inotropik negatifnya lebih ringan dibanding verapamil dan jarang terjadi depresi miokardium yang bermakna.

Meskipun demikian, karena risiko bradikardinya, tetap diperlukan kehati-hatian bila digunakan bersama beta bloker.

Angina tidak stabil. Antagonis kalsium tidak mengurangi risiko infark miokard pada angina tidak stabil. Penggunaan diltiazem atau verapamil dicadangkan bagi pasien yang resisten terhadap beta bloker.

Putus obat. Terdapat bukti bahwa penghentian antagonis kalsium yang mendadak dapat menyebabkan memburuknya angina.

Monografi

AMLODIPIN

Indikasi:
hipertensi, profilaksis angina.

Peringatan:
lihat kehamilan (lampiran 4), gangguan fungsi hati (lampiran 2).

Interaksi:
lihat lampiran 1 (antagonis kalsium).

Kontraindikasi:
syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta yang signifikan, menyusui (lampiran 5).

Efek Samping:
nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema, gangguan tidur, sakit kepala, pusing, letih;

Jarang terjadi, gangguan saluran cerna, mulut kering, gangguan pengecapan, hipotensi, pingsan, nyeri dada, dispnea, rhinitis, perubahan perasaan, tremor, paraestesia, gangguan kencing, impoten, ginekomastia, perubahan berat badan, mialgia, gangguan penglihatan, tinitus, pruritus, ruam kulit (termasuk adanya laporan eritema multiform), alopesia, purpura dan perubahan warna kulit;

Sangat jarang, gastritis, pankreatitis, hepatitis, jaundice, kolestasis, hiperplasia pada gusi, infark miokard, aritmia, vaskulitis, batuk, hiperglikemia, trombositopenia, angioedema dan urtikaria.

Dosis:
hipertensi atau angina, dosis awal 5 mg sekali sehari; maksimal 10 mg sekali sehari.

DILTIAZEM HIDROKLORIDA

Indikasi:
pengobatan angina pektoris; profilaksis angina pektoris varian; hipertensi esensial ringan sampai sedang.

Peringatan:
kurangi dosis pada pasien gangguan fungsi hati dan ginjal; gagal jantung atau gangguan bermakna fungsi ventrikel kiri yang bermakna , bradikardi (hindarkan jika berat), blokade AV derajat satu, atau perpanjangan interval PR.

Interaksi:
lihat antagonis kalsium (lampiran 1).

Kontraindikasi:
bradikardi berat, gagal jantung kongesti (denyut jantung di bawah 50 denyut/menit); gagal ventrikel kiri dengan kongesti paru, blokade AV derajat dua atau tiga (kecuali jika digunakan pacu jantung), sindrom penyakit sinus (sinus bradikardi, sinus ares, sinus atrial); kehamilan; menyusui (lampiran 4); hipersensitif terhadap diltiazem.

Efek Samping:
bradikardi, blokade sinoatrial, blokade AV, jantung berdebar, pusing, hipotensi, malaise, asthenia, sakit kepala, muka merah dan panas, gangguan saluran cerna, edema (terutama pada pergelangan kaki); jarang terjadi ruam kulit (termasuk eritema multiforme dan torn dermatitis), fotosensitif; dilaporkan juga hepatitis, gynaecomastia, hiperplasia gusi, sindrom ekstrapiramidal, dan depresi.

Dosis:
aritmia, 60 mg tiga kali sehari (usia lanjut awalnya dua kali sehari) jika perlu tingkatkan hingga 360 mg sehari disesuaikan dengan usia dan gejala;

hipertensi esensial ringan sampai sedang, dewasa oral 100-200 mg satu kali sehari;

angina varian, dewasa oral 100 mg sekali sehari, jika tidak ada perubahan maka dapat ditingkatkan hingga 200 mg satu kali sehari.

FELODIPIN

Indikasi:
hipertensi, angina.

Peringatan:
hentikan bila terjadi nyeri iskemik; gangguan hati; menyusui; hindari sari buah grapefruit (mempengaruhi metabolisme).

Interaksi:
lihat lampiran1 (antagonis kalsium).

Kontraindikasi:
kehamilan.

Efek Samping:
muka merah, sakit kepala, palpitasi, pusing, fatigue, edema kaki, ruam kulit dan gatal, hiperplasia, demam, impoten.

Dosis:
hipertensi, dosis awal 5 mg (usia lanjut 2,5 mg) sehari pada pagi hari; dosis penunjang lazim 5-10 mg sekali sehari; jarang diperlukan dosis di atas 20 mg sehari.

Angina, dosis awal 5 mg sehari pada pagi hari, jika perlu tingkatkan sampai 10 mg sekali sehari.

ISRADIPIN

Indikasi:
hipertensi.

Peringatan:
sindrom sinus (jika penggunaan pacemaker tidak sesuai); hindari minuman grapefruit (dapat mempengaruhi metabolisme); kurangi dosis pada gangguan fungsi ginjal atau hati; kehamilan (lampiran 4).

Interaksi:
lihat lampiran 1 (antagonis kalsium).

Kontraindikasi:
syok kardiogenik; stenosis aorta sempit atau simptomatik; penggunaan dalam 1 bulan setelah serangan infark miokard; angina tidak stabil, menyusui (lampiran 5).

Efek Samping:
sakit kepala, wajah memerah, pusing, takikardi dan palpitasi, edema perifer terlokalisir; hipotensi, tidak lazim; jarang terjadi, berat badan bertambah, letih, rasa tidak nyaman pada abdomen, ruam kulit.

Dosis:
2,5 mg dua kali sehari (1,25 mg dua kali sehari pada lansia, gangguan fungsi ginjal atau hati); jika perlu dapat ditingkatkan setelah 3-4 minggu menjadi 5 mg dua kali sehari (hingga 10 mg dua kali sehari); dosis penunjang 2,5 atau 5 mg satu kali sehari.

LASIDIPIN

Indikasi:
hipertensi.

Peringatan:
abnormalitas konduksi jantung; volume jantung rendah; hentikan penggunaan jika terjadi nyeri iskemik yang terjadi segera setelah awal penggunaan atau jika terjadi syok kardiogenik, hindari sari buah grapefruit (dapat mempengaruhi metabolisme); gangguan fungsi hati (Lampiran 2).

Interaksi:
lihat lampiran 1 (antagonis kalsium).

Kontraindikasi:
stenosis aorta; hindari penggunaannya 1 bulan setelah serangan infark miokard; kehamilan (lampiran 4); menyusui (lampiran 5).

Efek Samping:
sakit kepala, wajah memerah, edema, pusing, palpitasi; juga astenia, ruam kulit (termasuk pruritus dan eritema), gangguan saluran cerna, hiperplasia pada gusi, kram otot, poliuria, nyeri dada (lihat peringatan), gangguan perasaan.

Dosis:
Awal, 2 mg sebagai dosis tunggal per hari, diminum pada pagi hari; ditingkatkan setelah 3-4 minggu menjadi 4 mg sehari, jika perlu dapat ditingkatkan lagi menjadi 6 mg per hari.

LERKANIDIPIN

Indikasi:
pengobatan hipertensi essensial ringan sampai sedang.

Peringatan:
Pasien dengan sick sinus syndrome, pasien dengan disfungsi LV, peningkatan risiko kardiovaskular pada pasien dengan penyakit jantung iskemik, kehamilan dan menyusui.

Interaksi:
ketokonazol, itrakonazol, ritonavir, eritromisin, troleandomisin dan siklosporin dapat meningkatkan kadar plasma lerkanidipin sehingga harus dihindari. Pemberian bersamaan dengan midazolam 20 mg dapat meningkatkan absorpsi lerkanidipin. Harus diperhatikan pemberian bersamaan dengan terfenadin, astemizol, amiodaron dan kuinidin. Pemberian dengan fenitoin, karbamazepin, rifampisin dapat mengurangi efek antihipertensi dan tekanan darah harus dimonitor lebih sering. Interaksi dengan makanan: tidak boleh diberikan bersamaan dengan sari buah grapefruit karena dapat meningkatkan efek hipotensif.

Kontraindikasi:
hipersensitif, kehamilan dan menyusui.

Efek Samping:
Umum: kemerahan, edema perifer, palpitasi, takikardia, sakit kepala, pusing, asthenia;

Tidak umum: fatigue, gangguan pencernaan seperti dispepsia, mual, muntah, sakit perut dan diare, poliuria, ruam, somnolence, mialgia;

Jarang: hipotensi dan gingival hiperplasia.Beberapa dihidropiridin dapat menyebabkan sakit precordial dan angina pektoris.

Dosis:
Dosis yang dianjurkan 10 mg secara oral sekali sehari minimal 15 menit sebelum makan. Dosis dapat ditingkatkan hingga 20 mg tergantung respon tiap individu.

NIFEDIPIN

Indikasi:
profilaksis dan pengobatan angina; hipertensi.

Peringatan:
hentikan jika terjadi nyeri iskemik atau nyeri yang ada memburuk dalam waktu singkat setelah awal pengobatan; cadangan jantung yang buruk; gagal jantung atau gangguan fungsi ventrikel kiri yang bermakna (memburuknya gagal jantung teramati); hipotensi berat; kurangi dosis pada gangguan hati; diabetes mellitus; dapat menghambat persalinan; menyusui; hindari sari buah grapefruit (mempengaruhi metabolisme).

Interaksi:
lihat lampiran 1 (antagonis kalsium).

Kontraindikasi:
syok kardiogenik; stenosis aorta lanjut; kehamilan (toksisitas pada studi hewan); porfiria.

Efek Samping:
pusing, sakit kepala, muka merah, letargi; takikardi, palpitasi; juga edema kaki, ruam kulit (eritema multiform dilaporkan), mual, sering kencing; nyeri mata, hiperplasia gusi; depresi dilaporkan; telangiektasia dilaporkan.

Dosis:
angina dan fenomena Raynaud, sediaan konvensional, dosis awal 10 mg (usia lanjut dan gangguan hati 5 mg) 3 kali sehari dengan atau setelah makan; dosis penunjang lazim 5-20 mg 3 kali sehari; untuk efek yang segera pada angina: gigit kapsul dan telan dengan cairan.

Hipertensi ringan sampai sedang dan profilaksis angina: sediaan lepas lambat, 30 mg sekali sehari (tingkatkan bila perlu, maksimum 90 mg sekali sehari) atau 20 mg 2 kali sehari dengan atau setelah makan (awalnya 10 mg 2 kali sehari, dosis penunjang lazim 10-40 mg 2 kali sehari).

NIKARDIPIN

Indikasi:
krisis hipertensi akut selama operasi, hipertensi dalam keadaan darurat.

Peringatan:
pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal, pasien dengan stenosis aorta. Tekanan darah dan denyut jantung harus terus dimonitor selama menggunakan obat ini.

Interaksi:
beta bloker (propranolol, dll), fentanil, digoksin, dantrolen natrium, tandospiron sitrat, nitrogliserin, relaksan otot (pankuronium bromida, vekuronium bromida, dll), immunosupresan (siklosporin, takrolimus hidrat, dll), fenitoin, rifampisin, simetidin, intravena-protease inhibitor (sakuinavir, ritonavir, dll), antifungi azol (itrakonazol, dll), obat-obat hipotensif lainnya.

Kontraindikasi:
pasien dengan hemostasis tidak lengkap yang diikuti dengan perdarahan intrakranial, pasien dengan tekanan intrakranial meningkat pada tahap akut stroke serebral, hipersensitif.

Efek Samping:
ileus paralitik, hipoksemia, edema paru, dispnea, nyeri angina, trombositopenia, gangguan fungsi hati dan jaundice, takikardia, perubahan EKG, hipotensi; pada pasien dengan gagal jantung akut: meningkatkan tekanan arteri paru, penurunan indeks jantung, takikardia ventrikel dan sianosis; palpitasi, muka merah, extrasistol ventrikel, blokade atrioventrikel, malaise menyeluruh, disfungsi hati (peningkatan GOT dan GPT), peningkatan BUN atau kreatinin, erupsi, sakit kepala, peningkatan suhu tubuh, penurunan volume urin, penurunan kadar kolesterol dalam darah, rigor (kaku), back pain, peningkatan kadar serum kalium, flebitis.

Dosis:
Nikardipin injeksi diencerkan dahulu dengan injeksi glukosa 5% atau larutan salin fisiologis hingga diperoleh 0,01%-0,02% larutan nikardipin hidroklorida (0,1-1,2 mg/mL). Untuk krisis hipertensi akut selama operasi, secara intra vena, dosis 2-10 mcg/kg bb/menit sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan, dapat ditingkatkan dengan tetap memantau tekanan darah. Untuk pengurangan tekanan darah yang lebih cepat, dosis 10-30 mcg/kg bb/menit dapat digunakan. Hipertensi dalam keadaan darurat, secara intravena, dosis 0,5 mcg /kg bb/menit sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan, dapat ditingkatkan dengan tetap memantau tekanan darah.

NIMODIPIN

Indikasi:
pencegahan dan pengobatan gangguan neurologik iskemik setelah aneurism perdarahan subarachnoid.

Peringatan:
edema serebral atau tekanan intrakarnial meningkat sangat tinggi; hipotensi; hindari pemberian bersama tablet dan infus nimodipin, antagonis kalsium lain, atau beta bloker; pemberian bersama obat nefrotoksik, kehamilan; hindari sari buah grapefruit (dapat mempengaruhi metabolisme), fungsi hati terganggu, fungsi ginjal terganggu.

Interaksi:
lihat lampiran 1 (antagonis kalsium), alkohol (hanya pada infus).

Kontraindikasi:
selama 1 bulan mengalami infark miokard, angina tidak stabil.

Efek Samping:
hipotensi, frekuensi jantung bervariasi, muka merah, sakit kepala, gangguan saluran cerna, mual, berkeringat, rasa hangat; dilaporkan trombositopenia dan ileus.

Dosis:
pencegahan, oral 60 mg setiap 4 jam (dosis total sehari 360), mulai dalam waktu 4 hari setelah aneurism perdarahan subarachnoid dan teruskan selama 21 hari.

Pengobatan, secara infus intravena melalui kateter sentral awalnya 1 mg/jam (sampai 500 mg/jam jika berat badan kurang dari 70 kg atau jika tekanan darah tidak stabil), tingkatkan setelah 2 jam menjadi 2 mg/jam asalkan tidak terjadi penurunan tekanan darah hebat dan harus dilanjutkan paling sedikit 5 hari (maksimal 14 hari); jika dilakukan pembedahan selama pengobatan, lanjutkan paling sedikit 5 hari setelah pembedahan; waktu penggunaan maksimal 21 hari.

2.4.3  Beta-bloker

Lihat 2.3.4 Beta-bloker

2.4.4  Antiangina lain

Monografi

IVABRADIN

Indikasi:
arteri koroner, pengobatan simtomatik angina pektoris stabil kronik pada pasien dengan ritme sinus normal yang tidak dapat mentoleransi penggunaan beta bloker, gagal jantung kronis (gagal jantung kronis kategori NYHA II sampai IV dengan disfungsi sistolik, ritme sinus dan denyut jantung ? 75 detak/menit) dikombinasikan dengan terapi standar termasuk terapi yang menggunakan beta bloker atau tidak dapat mentoleransi penggunaan beta bloker.

Peringatan:
gagal jantung ringan termasuk disfungsi ventrikel kiri asimtomatik, pasien dengan fibrilasi atrial atau aritmia lainnya dipantau (ketidakefektifan pengobatan), hipotensi sedang, retinitis pigmentosa, lansia, gangguan fungsi hati (sedang), gangguanfungsi ginjal apabila kreatinin klirens kurang dari 15 mL/menit.

Interaksi:
tidak dianjurkan penggunaan bersama dengan diltiazem atau verapamil, denyut jantung dimonitor pada penggunaan bersama inhibitor CYP3A4 seperti flukonazol, pemberian bersama amiodaron atau disopiramid meningkatkan risiko aritmia ventrikular, pemberian bersama klaritromisin dan telitromisin dapat meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian bersama eritromisin meningkatkan risiko aritmia ventrikel, pemberian bersama ketokonazol meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian bersama flukonazol meningkatkan kadar plasma ivabradin- dosis awal ivabradin diturunkan, pemberian bersama itrakonazol kemungkinan dapat meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian bersama meflokuin meningkatkan risiko aritmia ventrikel, pemberian bersama pimozid atau sertindol meningkatkan risiko aritmia ventrikel, pemberian bersama nelfinavir dan ritonavir kemungkinan dapat meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian bersama sotalol meningkatkan risiko aritmia ventrikel, pemberian bersama diltiazem dan verapamil meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian bersama grapefruit juice meningkatkan kadar plasma ivabradin sehingga harus dihindari, pemberian bersama pentamidin isetionat meningkatkan risiko aritmia ventrikel.

Kontraindikasi:
hipersensitivitas terhadap ivabradin, bradikardi (denyut jantung kurang dari 60 detak/menit), syok kardiogenik, infark miokard akut, sesaat setelah stroke, sick-sinus syndrome, sino-atrial block, gagal jantung sedang sampai berat, pasien dengan pacemaker, angina tidak stabil, blokade jantung derajat dua dan tiga, congenital QT syndrome, gangguan fungsi hari berat, hipotensi berat (tekanan darah < 90/50 mmHg), pemberian bersama inhibitor CYP3A4 seperti ketokonazol, itrakonazol, antibiotik makrolida (klaritromisin, eritromisin, josamisin, telitromisin), inhibitor protease HIV (nelfinavir, ritonavir) dan nefazodon, kehamilan, menyusui.

Efek Samping:
sangat umum: gangguan penglihatan termasuk phosphenes umum: sakit kepala (bulan pertama pengobatan), pusing (akibat bradikardi), pandangan kabur, bradikardi, perpanjangan interval PQ pada EKG (AV 1st degree block), ekstrasistol ventrikel;

tidak umum: eosinofil, hiperurisemia, sinkop (akibat bradikardi), vertigo, palpitasi, ekstrasistol supraventrikel, hipotensi (akibat bradikardi), dispnea, mual, konstipasi, diare, angioedema, ruam, kram otot, astenia (akibat bradikardi), letih, peningkatan kreatinin darah; jarang: eritema, pruritus, urtikaria, malaise (akibat bradikardi); sangat jarang: fibrilasi atrial, sick-sinus syndrome, AV 2nd degree block, AV 3rd degree block.

Dosis:
arteri koroner: dosis awal 5 mg dua kali sehari, apabila diperlukan dosis dapat ditingkatkan setelah 3-4 minggu pengobatan menjadi 7,5 mg dua kali sehari, apabila pasien tidak dapat mentoleransi dosis ini (denyut jantung pada saat istirahat kurang dari 50 detak/menit atau muncul gejala bradikardi seperti pusing, kelelahan atau hipotensi) maka dosis diturunkan menjadi 2,5 mg dua kali sehari, pengobatan harus dihentikan apabila denyut jantung tetap di bawah 50 detak/menit atau gejala bradikardi muncul, lansia dosis awal 2,5 mg dua kali sehari; gagal jantung kronis: dosis awal 5 mg dua kali sehari, setelah 2 minggu pengobatan apabila diperlukan dosis dapat ditingkatkan menjadi 7,5 mg dua kali sehari jika denyut jantung istirahat terus-menerus lebih dari 60 detak/menit atau diturunkan menjadi 2,5 mg dua kali sehari jika denyut jantung istirahat terus-menerus kurang dari 50 detak/menit atau muncul gejala bradikardi seperti pusing, kelelahan atau hipotensi, pengobatan harus dihentikan apabila denyut jantung tetap di bawah 50 detak/menit atau gejala bradikardi tetap muncul.

NESIRITID

Indikasi:
terapi intravena pada gagal jantung kongestif akut yang mengalami dispnea pada saat istirahat atau dengan aktivitas yang minimal.

Peringatan:
dapat terjadi reaksi alergi karena kandungan proteinnya yang diberikan secara parenteral. Hindari pada pasien dengan cardiac filling pressure rendah atau berpotensi mengalami cardiac filling pressure rendah. Tidak dianjurkan pada kondisi valvular stenosis, kardiomiopati obstruktif atau restriktif, perikarditis konstriktif, pericardial tamponade. Dapat menyebabkan hipotensi, sehingga harus diikuti dengan monitoring tekanan darah secara intensif. Risiko hipotensi meningkat jika diberikan bersamaan dengan obat lain yang menyebabkan hipotensi atau pemberian dosis yang lebih tinggi daripada yang dianjurkan. Dapat menyebabkan azotemia dan peningkatan klirens kreatinin.

Interaksi:
Peningkatan efek hipotensi dengan pemberian bersamaan dengan penghambat ACE atau obat lain yang menimbulkan efek hipotensi. Inkompatibel secara fisika dan kimia dengan injeksi heparin, insulin, etakrinat, bumetanid, enalaprilat, hidralazin dan furosemid.

Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap nesiritid. Tidak boleh digunakan sebagai terapi awal pada kondisi syok kardiogenik atau pada pasien dengan tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg pada awal terapi.

Efek Samping:
hipotensi, takikardi ventrikel, ekstrasistol ventrikel, bradikardi, angina pektoris, sakit kepala, nyeri abdomen, nyeri punggung, insomnia, pusing, ansietas, mual, muntah.

Dosis:
Injeksi bolus 2 mcg/kg bb diikuti dengan pemberian melalui infus 0,01 mcg/kg bb/menit.

TRIMETAZIDIN DIHIDROKLORIDA

Indikasi:
Terapi tambahan pada antiangina lain. Tidak digunakan sebagai terapi tunggal.

Peringatan:
kehamilan dan menyusui. Tidak sebagai terapi kuratif serangan angina, tidak untuk pengobatan awal angina tidak stabil atau infark miokard; Gagal ginjal dengan bersihkan kreatinin < 15 mL/menit, gagal hati berat.

Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap obat dan komponen obat, menyusui.

Efek Samping:
jarang terjadi, mual, muntah.

Dosis:
Dua kali sehari pada pagi dan sore hari saat makan.


Nitrat, antagonis kalsium dan aktivator kanal kalium (potassium-channel activators) mempunyai efek vasodilatasi. Pada gagal jantung, vasodilator bekerja dengan mendilatasi arteri yang menurunkan resistensi vaskular perifer dan tekanan sistolik ventrikel kiri sehingga mengakibatkan meningkatnya curah jantung, atau dilatasi vena yang menyebabkan meningkatnya kapasitas vena, dan berkurangnya aliran balik vena menuju jantung (menurunkan tekanan diastolik ventrikel kiri).

Angina. Angina stabil biasanya disebabkan oleh plak aterosklerosis pada arteri koroner, sedangkan angina tidak stabil biasanya disebabkan oleh ruptur plak dan dapat terjadi pada pasien dengan riwayat angina stabil atau pada pasien yang sebelumnya menderita penyakit arteri koroner tanpa gejala. Penting untuk membedakan angina tidak stabil dan angina stabil; ciri-ciri angina tidak stabil adalah angina yang baru terjadi dan langsung berat atau angina stabil yang sebelumnya ada dan tiba-tiba memburuk.

Angina stabil. Serangan akut angina stabil harus diobati dengan gliseril trinitrat sublingual. Jika serangan terjadi lebih dari dua kali dalam seminggu, diperlukan terapi obat dan harus diberikan bertahap sesuai dengan respons yang diperoleh. Asetosal dengan dosis 75 mg/hari (lihat bagian 2.7) harus diberikan pada pasien dengan angina. Prosedur revaskularisasi dapat dilakukan.

Pasien angina stabil ringan atau sedang tanpa disfungsi ventrikel kiri, dapat diobati dengan gliseril trinitrat sublingual dan pemberian beta bloker secara teratur (lihat bagian 2.3.4). Apabila diperlukan, antagonis kalsium dihidropiridin kerja panjang (lihat bagian 2.4.2) dan nitrat kerja panjang (lihat bagian 2.4.1) dapat ditambahkan. Pada pasien tanpa disfungsi ventrikel kiri dan pada pasien di mana beta bloker tidak sesuai, dapat diberikan diltiazem atau verapamil (lihat bagian 2.4.2) dan dapat ditambahkan nitrat kerja panjang (lihat bagian 2.4.1) apabila gejala tidak cukup teratasi. Pada pasien yang gagal diobati atau tidak dapat mentoleransi terapi standar, dapat dicoba diberikan nikorandil (di Indonesia obat ini belum tersedia).

Bagi pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, dapat digunakan nitrat kerja panjang (lihat bagian 2.4.1) dan apabila diperlukan dapat ditambahkan antagonis kalsium dihidropiridin kerja panjang (lihat bagian 2.4.2).

Statin (lihat bagian 2. 10.4) harus dipertimbangkan untuk menurunkan risiko serangan jantung.

Angina tidak stabil. Pasien dengan angina tidak stabil harus dirawat di rumah sakit. Tujuan tata laksana angina tidak stabil adalah untuk memberikan terapi pendukung dan mengurangi rasa sakit selama serangan akut dan mencegah terjadinya infark miokard dan kematian.

Pengobatan awal dengan asetosal (kunyah atau didispersikan dalam air) dengan dosis 300 mg diberikan untuk mendapatkan efek antiagregasi. Apabila asetosal sudah diberikan sebelum pasien dirawat, maka hal ini harus dilaporkan ke dokter.

Heparin (lihat bagian 2.6.2) atau heparin dengan berat molekul rendah yaitu dalteparin atau enoksaparin (lihat bagian 2.6.2) sebaiknya juga diberikan.

Nitrat (lihat bagian 2.4.1) digunakan untuk menghilangkan nyeri iskemik. Apabila gliseril trinitrat sublingual tidak efektif, dapat diberikan gliseril trinitrat bukal atau intravena atau isosorbid dinitrat intravena.

Pasien tanpa kontraindikasi sebaiknya menerima beta bloker oral atau intravena (lihat bagian 2.3.4). Pada pasien tanpa disfungsi ventrikel kiri dan pada pasien yang tidak dapat menggunakan beta- bloker, dapat diberikan diltiazem atau verapamil (lihat bagian 2.4.2).

Penghambat glikoprotein IIb/IIIa eptifibatid dan tirofiban (lihat bagian 2.7) dianjurkan (bersama dengan asetosal dan heparin) untuk angina tidak stabil pada pasien yang berisiko tinggi mengalami infark miokard.

Absiksimab, eftifibatid atau tirofiban dapat digunakan bersama dengan asetosal dan heparin pada pasien yang sedang menjalani intervensi koroner perkutan (PCI), untuk menurunkan risiko oklusi vaskuler yang segera.

Prosedur revaskularisasi seringkali efektif untuk pasien dengan angina tidak stabil. Pengobatan jangka panjang. Pentingnya perubahan gaya hidup, terutama berhenti merokok, harus ditekankan. Pasien harus segera menerima asetosal dosis rendah yaitu 75 mg/hari. Statin (bagian 2.10.4) sebaiknya diresepkan juga. Perlunya pengobatan jangka panjang angina maupun angiografi jantung harus dievaluasi. Apabila berlanjut menjadi iskemia, standar pengobatan angina sebaiknya dilanjutkan; jika tidak, penghentian pengobatan dengan angina harus dilakukan dengan hati-hati sekurang-kurangnya 2 bulan setelah serangan akut.

Hanya seorang Apoteker biasa; Tidak pintar; Tidak bodoh; -Berbagi tidak Pernah Rugi- :)
Lihat semua tulisan 📑.

error: