Hipnosis dan Ansietas

Apoteker.Net – Kebanyakan ansiolitik (’sedatif’) akan menginduksi tidur jika diberikan malam hari, dan kebanyakan hipnotik akan menenangkan jika diberikan siang hari. Obat ini diresepkan secara luas tetapi menyebabkan ketergantungan (baik fisik maupun psikologis) serta menimbulkan toleransi. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam penghentian obat setelah pasien mengkonsumsi obat secara teratur selama lebih dari beberapa minggu (lihat pada ketergantungan dan penghentian obat di bawah). Oleh karena itu hipnotik dan ansiolitik hanya boleh diberikan pada pengobatan jangka pendek untuk meringankan kondisi akut setelah penyebab utamanya diketahui.

Benzodiazepin adalah ansiolitik dan hipnotik yang paling umum digunakan; obat ini bekerja pada reseptor benzodiazepin yang berhubungan dengan reseptor asam gammaaminobutirat (GABA). Obat terdahulu seperti meprobamat dan barbiturat (bab 4.1.3) tidak direkomendasikan lagi, karena lebih banyak menimbulkan efek samping dan interaksi obat dibandingkan dengan benzodiazepin dan lebih berbahaya jika terjadi dosis berlebih.

Efek Paradoksikal

Paradoksikal meningkat pada keadaan terancam/ ada ancaman dan sifat agresi dilaporkan terjadi pada pasien yang mengkonsumsi benzodiazepin. efeknya bervariasi mulai dari meracau dan rasa gembira sampai sifat agresif dan melakukan tindakan anti sosial. Penyesuaian dosis (meningkat ataupun menurun) biasanya melemahkan impuls. Peningkatan ansietas dan gangguan persepsi merupakan efek paradoksikal lainnya. Meningkatnya rasa bermusuhan dan agresi setelah mengkonsumsi barbiturat dan alkohol biasanya mengindikasikan adanya intoksikasi.

Mengemudi
Hipnotik dan ansiolitik dapat mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan memperlambat reaksi, sehingga berefek pada kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin. Obat ini meningkatkan efek alkohol. Lebih lanjut, efek hangover pada dosis malam dapat mempengaruhi kemampuan mengemudi pada hari berikutnya. Lihat juga pada Obat dan Mengemudi pada Pedoman Umum.

Ketergantungan dan Penghentian Obat
Penghentian penggunaan benzodiazepin sebaiknya secara bertahap karena penghentian yang tiba-tiba dapat mengakibatkan kebingungan, gangguan psikosis, kejang atau kondisi mirip delirium tremens. Penghentian barbiturat yang tiba-tiba (bab 4.1.3) bahkan dapat mengakibatkan efek yang lebih serius. Sindroma gejala putus obat dapat timbul kapan saja hingga 3 minggu setelah penghentian benzodiazepin jangka panjang; dan dapat timbul dalam waktu beberapa jam pada penggunaan benzodiazepin jangka pendek. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya insomnia, ansietas, hilangnya nafsu makan dan turunnya berat badan, tremor, berkeringat, tinnitus, dan gangguan persepsi. Gejala-gejala ini mungkin sama dengan gejala umum penyakitnya sehingga penggunaan obat tetap dilanjutkan, beberapa gejala dapat berlanjut selama beberapa minggu atau beberapa bulan setelah penghentian benzodiazepin.

Dosis benzodiazepin dapat dihentikan secara bertahap, sekitar 1/8 (dalam interval 1/10 hingga 1/4 ) dari dosis sehari, dilakukan setiap malam ke 4. Saran untuk protokol penghentian obat pada pasien yang memiliki kesulitan adalah sbb:

  1. Pada pasien yang ganti dengan obat setara dengan dosis diazepam per hari, sebaiknya dikonsumsi malam hari.
  2. Turunkan dosis diazepam bertahap setiap 2–3 minggu sebanyak 2 atau 2,5 mg; jika gejala putus obat muncul, pertahankan dosis obat ini hingga gejala membaik.
  3. Turunkan dosis lebih lanjut, jika perlu bertahap dengan dosis lebih kecil. Lebih baik penurunan dosis dilakukan dengan lebih lambat daripada dilakukan terlalu cepat.
  4. Penghentian total. Waktu yang dibutuhkan untuk penghentian total dapat bervariasi dari sekitar 4 minggu hingga 1 tahun atau lebih.

Konseling dapat membantu. beta bloker dicoba hanya jika pengobatan lainnya gagal. Antidepresan hanya digunakan dalam keadaan depresi klinik atau untuk gangguan panik; hindari antipsikosis (yang dapat memperburuk gejala putus obat).

Saran:
Benzodiazepin diindikasikan untuk terapi jangka pendek ansietas berat (hanya digunakan selama 2 atau 4 minggu), kondisi stres yang sangat mengganggu, kondisi ansietas saja atau yang terkait insomnia atau psikosomatik jangka pendek, penyakit psikotik atau penyakit yang dialami organ tubuh.

  1. Benzodiazepin tidak cocok untuk terapi jangka pendek ansietas ringan
  2. Benzodiazepin hanya digunakan untuk terapi insomnia berat, atau kondisi stres yang sangat mengganggu.

4.1.1 Hipnosis

Sebelum obat hipnotik diresepkan, penyebab dari insomnia sebaiknya sudah diketahui, dan jika memungkinkan faktor yang mendasari sebaiknya sudah diobati. Yang perlu dicatat, ada beberapa pasien yang mengharapkan tidur yang tidak realistis, dan mengabaikan pengaruh konsumsi alkohol sebagai penyebab insomnia.

Insomnia sementara (transient), dapat timbul pada mereka yang dapat tidur normal tetapi terganggu oleh faktor eksternal seperti kebisingan, pola jam kerja, dan jet lag. Jika suatu hipnotik diindikasikan, dipilih yang memiliki waktu eliminasi yang cepat dan hanya 1 atau 2 dosis yang boleh diberikan. Insomnia jangka pendek, biasanya terkait dengan masalah emosi atau penyakit yang serius. Ini dapat berlangsung selama beberapa minggu dan dapat muncul lagi. Suatu hipnotik dapat memberikan manfaat tetapi tidak boleh digunakan selama lebih dari 3 minggu (sebaiknya hanya diberikan selama 1 minggu). Penggunaan secara berselang lebih disukai dengan dosis yang obat dikurangi. Obat yang tereliminasi cepat lebih cocok digunakan. Pemberian hipnotik jarang bermanfaat pada insomnia kronis dan biasanya lebih sering disebabkan ketergantungan ringan karena pemberian obat yang tidak benar. Gangguan psikiatrik seperti ansietas, depresi, dan penyalahgunaan obat serta alkohol merupakan penyebab yang paling umum. Gangguan tidur sangat umum pada depresi dan bangun pagi yang lebih awal dapat menjadi penanda yang berguna. Gangguan psikiatrik yang utama sebaiknya diatasi, sesuaikan rejimen obat untuk meringankan insomnia. Sebagai contoh, klomipramin atau mirtazapin yang digunakan untuk depresi dapat juga membantu memudahkan tidur jika dikonsumsi pada malam hari. Penyebab lain dari insomnia meliputi nyeri, gatal-gatal, pruritus, dan dispnea.

Hipnotik tidak boleh diresepkan secara sembarangan dan peresepan rutin juga tidak dianjurkan. Obat-obat ini hanya boleh diberikan untuk pengobatan jangka pendek pada stres akut. Toleransi terhadap efek meningkat dalam 3 hingga hari ke 14 pada penggunaan yang berkelanjutan, serta manfaat penggunaan jangka panjang belum dapat dipastikan. Kekurangan penggunaan jangka panjang adalah pada penghentian obat; menimbulkan insomnia dan memperburuk sindroma gejala putus obat.

Jika penggunaan jangka panjang tidak dapat dihindari, hipnotik sebaiknya dihentikan secepat mungkin dan pasien diberi penjelasan bahwa kemungkinan tidurnya akan terganggu selama beberapa hari sebelum ritme normal muncul kembali. Tidur yang tidak nyenyak dengan mimpi yang kacau serta peningkatan REM (Rapid Eye Movement / pergerakan mata yang cepat selama tidur) dapat terjadi selama beberapa minggu.

Anak
Peresepan hipnotik pada anak tidak dibenarkan kecuali untuk penggunaan sesekali seperti untuk mengatasi rasa takut pada malam hari dan somnabulisme (berjalan dalam tidur).
Pada penggunaan jangka panjang ada risiko habituasi (pemberian obat dapat menjadi kebiasaan) padahal untuk menenangkan anak pada malam hari, sebaiknya dilakukan pengobatan secara psikologis.

Lansia
Penggunaan hipnotik sebaiknya dihindari pada lansia karena memiliki risiko terjadinya ataksia, bingung, mudah jatuh, dan melukai diri sendiri.

Perawatan Gigi
Hipnotik dapat bermanfaat pada beberapa pasien yang cemas sewaktu akan menghadapi perawatan, digunakan pada waktu 1–3 malam sebelumnya. Hipnotik tidak mengurangi rasa sakit dan jika rasa nyeri menganggu tidur, maka analgesik dapat diberikan. Diazepam, nitrazepam, atau temazepam digunakan pada malam hari untuk pasien yang mengalami sakit gigi. Temazepam disarankan diberikan jika diperlukan untuk meminimalkan efek residual pada hari berikutnya. Informasi lebih lanjut untuk ansiolitik pada dental procedure lihat bab 15.1.4.1

Benzodiazepin

Benzodiazepin termasuk nitrazepam dan flurazepam digunakan sebagai hipnotik yang memiliki masa kerja panjang serta dapat memberikan efek residual di hari berikutnya, dosis berulang cenderung bersifat kumulatif.

Loprazolam, lormetazepam dan temazepam
Memiliki masa kerja lebih pendek dengan efek hangover yang sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Fenomena penghentian obat lebih sering terjadi pada penggunaan benzodiazepin dengan masa kerja pendek. Jika insomnia yang terjadi disebabkan oleh dengan ansietas pada siang hari maka penggunaan benzodiazepin ansiolitik kerja panjang seperti diazepam yang diberikan sebagai dosis tunggal pada malam hari, dapat efektif mengatasi gejala tersebut. Untuk pedoman umum peresepan benzodiazepin lihat pada Bab 4.1.2 dan untuk penghentian obat dapat dilihat pada Bab 4.1.

Monografi

FLURAZEPAM

Indikasi:
insomnia (penggunaan jangka pendek).

Peringatan: Kontraindikasi: Efek Samping:
lihat nitrazepam.

Dosis:
15-30 mg menjelang tidur malam hari; Lansia (atau debilitated patients) 15 mg; Anak, tidak dianjurkan.

NITRAZEPAM

Indikasi:
insomnia, gangguan tidur dengan berbagai sebab (penggunaan jangka pendek).

Peringatan:
hamil, menyusui, penyakit pernapasan, kelemahan otot, riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, kelainan kepribadian yang jelas, gangguan faal hati dan ginjal, kurangi dosis pada lansia dan debil. Gangguan kemampuan mengemudi dan menjalankan mesin.

Interaksi:
lihat Lampiran 1 (hipnotik dan ansiolitik).

Kontraindikasi:
depresi pernapasan, miastenia gravis, kondisi fobi atau obsesi, psikosis kronik, gangguan hati berat.

Efek Samping:
ataksia dan bingung terutama pada pasien lansia, vertigo, amnesia, ketergantungan.

Dosis:
5-10 mg sebelum tidur; LANSIA (atau debil) 2,5-5 mg; ANAK tidak dianjurkan.

Kloral dan Derivatnya

Kloral dan derivat kloral dahulu biasa digunakan sebagai hipnotik pada anak (tetapi penggunaan hipnotik pada anak umumnya tidak dibenarkan). Tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa obat ini bermanfaat pada pasien lansia dan pemanfaatannya sebagai hipnotik saat ini sangat sedikit. Triklofos lebih sedikit menyebabkan gangguan saluran pencernaan dibanding kloralhidrat.

Kloralhidrat dan triklofos saat ini terutama digunakan untuk sedasi selama prosedur diagnostik dan pada unit perawatan intensif. Obat ini terakumulasi pada penggunaan jangka panjang dan harus dihindari pada pasien gagal ginjal atau kerusakan hati.

Monografi

ESTAZOLAM

Indikasi:
Semua bentuk gangguan tidur disebabkan oleh gugup, ansietas, tegang, psikosis dan nyeri setelah operasi, trauma.

Peringatan:
Menjalankan mesin, lansia, gangguan jantung, ginjal dan hati, bayi, kehamilan, menyusui, dapat terjadi sedasi yang berlebih, depresi pernapasan, hipotensi, atau gangguan koordinasi gerakan.

Interaksi:
Obat penekan SSP (hipnosedatif dan derivat fenotiazin), antidepresi, penghambat MAO, alkohol, dan pelemas otot: meningkatkan efek estazolam.

Kontraindikasi:
Miastenia gravis, hipersensitivitas.

Efek Samping:
Ketergantungan pada penggunaan jangka panjang, gejala putus obat, depresi pernapasan, reaksi tidak normal, mengantuk, pusing, kepala terasa ringan, gangguan koordinasi gerakan, sakit kepala, lesu, kemerahan, gatal.

Dosis:
Dewasa. Neurosis, gangguan dalam: 1-2 mg. Psikosis, skizofrenia: 2-4 mg. Sebelum operasi: 1-2 mg pada malam hari. Estazolam digunakan sebelum tidur. Dosis disesuaikan menurut umur, gejala, dan kondisi pasien.

MIDAZOLAM

Indikasi:
premedikasi, induksi anestesi dan penunjang anestesi umum; sedasi untuk tindakan diagnostik & anestesi lokal.

Peringatan:
insomnia pada psikosis, depresi berat, kerusakan otak organik, insufisiensi pernapasan, mengemudi atau mengoperasikan mesin yang berbahaya pada jam pertama sampai keenam setelah mendapat obat, orang dewasa lebih dari 60 tahun, hamil, menyusui, gangguan hati, ketergantungan, pemutusan obat mendadak, pengurangan bertahap setelah pemakaian lama, penggunaan intravena apabila fasilitas resusitasi tersedia.

Interaksi:
lihat Lampiran 1 (midazolam).

Kontraindikasi:
bayi prematur, miastenia gravis.

Efek Samping:
jarang terjadi efek samping pada kardiorespirasi, mual, muntah, nyeri kepala, cegukan, laringospamus, dispnea, halusinasi, mengantuk berlebihan, ataksia, ruam kulit, reaksi paradoksikal, episode amnesia.

Dosis:
injeksi intramuskular premedikasi sebelum operasi: DEWASA 0,07-0,1 mg/kg bb: ANAK 0,15-0,2 mg/kg bb. Injeksi intravena premedikasi sebelum diagnostik/intervensi bedah 2,5-5 mg, selanjutnya 1 mg bila diperlukan. Induksi anestesi dewasa 10-15 mg intravena dalam kombinasi dengan narkotik 0,03-0,3 mg/kg bb/jam. ANAK 0,15-0,2 mg/kg bb intramuskular dalam kombinasi dengan ketamin. Sedasi dalam unit perawatan intensif (ICU) dosis muatan (loading dose) 0,03-0,3 mg/kg bb; dosis penunjang 0,03-0,2 mg/kg bb/jam.

KLORALHIDRAT

Indikasi:
insomnia (penggunaan jangka pendek).

Peringatan:
dapat menimbulkan ketergantungan, penyakit pernapasan, riwayat penyalahgunaan obat dan alkohol, gangguan kepribadian yang jelas, hamil, menyusui, pada kasus lansia dan debil dosis dikurangi, hindari pemakaian lama dan pemutusan obat mendadak, hindari kontak dengan kulit dan selaput lendir.

Interaksi:
lihat Lampiran 1 (hipnotik dan ansiolitik).

Kontraindikasi:
penyakit jantung berat, gangguan faal hati dan ginjal yang jelas, gastritis, hamil dan menyusui.

Efek Samping:
iritasi lambung, distensi abdominal dan flatulensi, ruam kulit, kemudian nyeri kepala, ketonuria, eksitasi, delirium (terutama lansia), ketergantungan pada pemakaian jangka lama, gangguan ginjal dan hati, hipotensi.

Dosis:
insomnia 0,5-1 g (maksimal 2 g) dengan minum banyak air pada waktu sebelum tidur. ANAK 30-50 mg/kg bb sampai maksimal dosis tunggal 1 g.

RAMELTEON

Indikasi:
insomnia, yang ditandai dengan kesulitan tidur.

Peringatan:
Seperti obat hipnotik yang lain, penggunaan obat ini dapat mengakibatkan eksaserbasi insomnia, gangguan kognitif dan abnormalitas tingkah laku serta perburukan depresi (termasuk keinginan bunuh diri) pada pasien depresi primer; hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan hati sedang; tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan hati yang parah. Hati-hati penggunaan pada pengguna alkohol; penderita yang mendapat obat penghambat CYP1A2; mengendarai kendaraan bermotor dan menjalankan mesin. Tidak dianjurkan pada penderita Severe Sleep Apnea atau penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK); Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien gangguan ginjal ringan sampai berat termasuk pasien hemodialisis. Tidak dianjurkan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui. Keamanan dan efektifitas penggunaan pada anak-anak belum ditetapkan.

Interaksi:
Tidak boleh digunakan bersama fluvoksamin (inhibitor kuat CYP1A2 ). Efikasi dapat menurun jika diberikan bersamaan dengan enzim penginduksi kuat CYP seperti rifampisin. Hati-hati penggunaan pada penderita yang juga mendapat obat inhbitor CYP3A4 seperti ketokonazol dan inhibitor kuat CYP2C9 seperti flukonazol.

Kontraindikasi:
penderita hipersensitif, penyakit hati berat, pemberian bersama fluvoksamin.

Efek Samping:
mengantuk, pusing, mual, lelah, sakit kepala dan insomnia.

Dosis:
8 mg diberikan 30 menit sebelum tidur. Tidak dianjurkan diberikan sewaktu makan atau segera setelah makan makanan dengan kadar lemak tinggi.

TRIAZOLAM

Indikasi:
insomnia dan terutama bila sulit tertidur: sering terbangun malam hari dan atau bangun terlalu pagi.

Peringatan:
individu yang mudah kecanduan, depresi laten, kecenderungan bunuh diri, gangguan fungsi ginjal dan hati, apneu waktu tidur, gangguan fungsi paru berat. Hindari menjalankan mesin atau mengemudi.

Interaksi:
simetidin, eritromisin. Efek ditingkatkan oleh alkohol dan depresan SSP lain.

Efek Samping:
mengantuk, gangguan koordinasi. Kadang-kadang amnesia anterograd, bingung, agitasi.

Dosis:
pasien geriatri 0,125 mg (naikkan bertahap sampai 0,25 mg bila diperlukan). Insomnia yang belum diobati sebelumnya 0,125 mg (naikkan sampai 0,25 mg bila diperlukan). DEWASA 0,125-0,25 mg.

Zolpidem dan zopiklon

Zolpidem dan zopiklon termasuk hipnotik non-benzodiazepin tetapi bekerja pada reseptor benzodiazepin. Zolpidem dan zopiklon memiliki durasi kerja yang pendek. Kedua obat tersebut tidak diperbolehkan digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Dilaporkan terjadi ketergantungan pada sejumlah kecil pasien.

Monografi

ZOLPIDEM TARTRAT

Indikasi:
pengobatan insomnia jangka pendek (hingga 4 minggu).

Peringatan:
Pengobatan gejala insomnia sebaiknya diawali dengan evaluasi terlebih dahulu terhadap pasien karena dapat menyebabkan gangguan tingkah laku dan berpikir; depresi SSP; tidak dianjurkan mengemudi atau menjalankan mesin selama pemakaian riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, gangguan fungsi hati (hindari jika parah), gangguan fungsi ginjal, lansia, hindari penggunaan jangka panjang (dan pemutusan obat secara mendadak).

Interaksi:
lihat lampiran 1.

Kontraindikasi:
obstructive sleep apnoea, depresi pernapasan akut atau parah, miastenia gravis, gangguan fungsi hati yang parah, sakit psikosis, kehamilan (lampiran 4), menyusui (lampiran 5).

Efek Samping:
Diare, nausea, muntah, vertigo, pusing, sakit kepala, mengantuk, astenia, amnesia, ketergantungan, gangguan ingatan, mimpi buruk, noctural restlessness, depresi, bingung, gangguan persepsi atau diplopia, tremor, ataksia, reaksi kulit, mudah terjatuh, perubahan libido, efek paradoksikal- lihat Bab 4.1.

Dosis:
Dosis zolpidem bersifat individual. Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa: 10 mg segera sebelum tidur. Pada orang tua atau debilitated patients lebih sensitif terhadap efek zolpidem tartrat. Pada pasien dengan insufisiensi hepatik, bersihan obat tidak secepat pada orang normal. Dosis awal 5 mg dianjurkan untuk pasien tersebut. Dosis total zolpidem tidak melebihi 10 mg; penggunaan pada anak-anak tidak direkomendasikan. Penyesuaian dosis mungkin diperlukan ketika zolpidem tartrat diberikan dengan obat yang memiliki efek antidepresan karena efek additifnya yang kuat.

Antihistamin

Antihistamin seperti difenhidramin diindikasikan untuk mengatasi insomnia yang terjadi sesekali. Durasi kerja yang panjang dapat menyebabkan kantuk di hari berikutnya. Efek sedatif antihistamin dapat berkurang setelah pengobatan berturut-turut selama beberapa hari. Antihistamin dapat menyebabkan sakit kepala, gangguan psikomotor dan efek antimuskarinik. Penggunaan antihistamin sebagai hipnotik pada anak biasanya tidak dibenarkan.

Alkohol

Alkohol merupakan hipnotik lemah karena efek diuretiknya mengganggu pada perioda akhir tidur. Pada penggunaan kronik, alkohol mengganggu pola tidur dan menyebabkan insomnia.

4.1.2 Ansietas

Ansiolitik benzodiazepin efektif dalam meredakan keadaan ansietas. Walaupun obat ini sering diresepkan pada hampir semua orang dengan gejala terkait stres, ketidakbahagiaan (unhappiness), atau penyakit fisik minor (minor physical disease), penggunaannya dalam berbagai kondisi tidak dapat dibenarkan. Pada umumnya, obat ini tidak tepat untuk mengatasi depresi atau psikosis kronik. Penyesuaian psikologis dapat dihambat oleh benzodiazepin. Pada anak, obat ansiolitik hanya digunakan untuk mengatasi ansietas akut (dan insomnia yang terkait) yang disebabkan oleh rasa takut (contoh: sebelum operasi).

Pengobatan ansiolitik sebaiknya dibatasi dengan pemberian dosis terkecil dengan masa pengobatan yang sesingkat mungkin. Ketergantungan pada umumnya terjadi pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan alkohol atau penyalahgunaan obat dan pada pasien dengan gangguan kepribadian. Ansiolitik, khususnya benzodiazepin telah dikelompokkan menjadi ‘transquiliser minor’. Istilah ini menyesatkan karena ansiolitik jelas berbeda dengan obat antipsikotik (’transquiliser major’), selain itu manfaatnya juga tidak minor. Antipsikosis, pada dosis rendah, terkadang digunakan pada ansietas berat sebagai pemberi efek sedatifnya tetapi penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari dengan mengingat kemungkinan risiko tardive dyskinesia yang dapat timbul. Beberapa antidepresan (bab 4.3) disetujui untuk digunakan pada ansietas dan kelainan terkait; lihat bab 4.3 untuk penggunaan pada ansietas kronik, gangguan ansietas umum, dan panic disorder. Penggunaan antihistamin (contoh hidroksizin, bab 3.4.1) untuk efek sedatifnya pada ansietas tidak dianjurkan digunakan.

Benzodiazepin

Benzodiazepin diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek pada ansietas berat tetapi penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari. Diazepam, alprazolam, klordiazepoksid dan klobazam memiliki aksi kerja lambat. Golongan yang memiliki masa kerja yang lebih pendek seperti lorazepam dan oksazepam dapat digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi hati, tetapi memiliki risiko yang besar terhadap munculnya gejala putus obat.

Pada panic disorder (dengan atau tanpa agoraphobia) yang resisten terhadap pengobatan dengan antidepresan, benzodiazepin dapat digunakan sebagai terapi tambahan jangka pendek pada awal pengobatan dengan antidepresan untuk mencegah memburuknya gejala.

Diazepam atau lorazepam sangat jarang digunakan secara intravena untuk mengontrol serangan panik. Cara pemberian ini memang tercepat tetapi bukan tanpa risiko dan hanya boleh digunakan jika alternatif lain telah gagal. Pemberian secara intramuskular tidak memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian secara oral.

Monografi

ALPRAZOLAM

Indikasi:
Ansietas, campuran ansietas-depresi, dan gangguan panik (pemakaian jangka pendek).

Peringatan:
Lihat pada Diazepam. Belum ada bukti manfaat untuk depresi karena psikosis, gangguan bipolar, atau “depresi endogen”. Dapat terjadi ketergantungan. Harus hati-hati meresepkan obat ini pada pasien yang mempunyai kecenderungan penyalahgunaan obat.

Interaksi:
Lihat pada Diazepam.

Kontraindikasi:
Lihat pada Diazepam.

Efek Samping:
Lihat pada Diazepam.

Dosis:
Untuk ansietas: dosis dimulai dengan 0,75-1,5 mg sehari, diberikan dalam dosis terbagi. Untuk gangguan panik: 0,5-1 mg diberikan menjelang tidur atau 0,5 mg 3x sehari. Pada pasien usia lanjut: 0,5 sampai 0,75 mg sehari diberikan dalam dosis terbagi. Anak tidak direkomendasikan.

BROMAZEPAM

Indikasi:
ansietas (penggunaan jangka pendek).

Peringatan:
lihat Diazepam.

Kontraindikasi:
lihat Diazepam.

Efek Samping:
lihat Diazepam.

Dosis:
3-18 mg/hari, dosis terbagi. LANSIA atau debil dosis setengah dosis dewasa, Maksimal 60 mg/hari dosis terbagi (kecuali pada pasien rawat inap).

DIAZEPAM

Indikasi:
Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot.

Peringatan:
Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau mengoperasikan mesin, hamil, menyusui, bayi, lansia, penyakit hati dan ginjal, penyakit pernapasan, kelemahan otot, riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, kelainan kepribadian yang nyata, kurangi dosis pada lansia dan debil, hindari pemakaian jangka panjang, peringatan khusus untuk injeksi intravena, porfiria.

Interaksi:
lihat Lampiran 1 (hipnotik dan ansiolitik).

Kontraindikasi:
depresi pernapasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, kondisi fobia dan obsesi, psikosis kronik, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sendirian pada depresi atau ansietas dengan depresi.

Efek Samping:
mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam agresi, gangguan mental, amnesia, ketergantungan, depresi pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung. Kadang-kadang terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi, perubahan salivasi, gangguan saluran cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah dan sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi: nyeri, tromboflebitis dan jarang apneu atau hipotensi.

Dosis:
oral: ansietas 2 mg 3 kali/hari, dinaikkan bila perlu sampai 15-30 mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk LANSIA atau debil dosis setengahnya. Insomnia yang disertai ansietas 5-15 mg sebelum tidur. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat (kedalam vena yang besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit) untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, dan putus alkohol akut: 10 mg diulangi bila perlu setelah tidak kurang dari 4 jam. Infus intravena lihat 4.8.1. Dengan melalui Rektal sebagai larutan untuk ansietas akut dan agitasi: 10 mg (lansia 5 mg) diulang setelah lima menit bila perlu. Untuk ansietas apabila pemberian oral tidak dapat dilakukan obat diberikan melalui rektum sebagai supositoria: 10-30 mg (dosis lebih tinggi terbagi).

KALIUM KLORAZEPAT

Indikasi:
ansietas (penggunaan jangka pendek).

Peringatan: Kontraindikasi: Efek Samping:
lihat Diazepam.

Dosis:
7,5-22,5 mg/hari dalam dosis terbagi 2-3 kali atau dosis tunggal 15 mg sebelum tidur. LANSIA atau debil setengah dosis dewasa. ANAK tidak dianjurkan.

KLOBAZAM

Indikasi:
Ansietas (penggunaan jangka pendek).

Peringatan: Kontraindikasi: Efek Samping:
Lihat Diazepam.

Dosis:
Ansietas: 20-30 mg/hari dalam dosis terbagi atau dosis tunggal sebelum tidur, dinaikkan pada ansietas yang berat (pasien rawat inap) sampai dosis maksimal 60 mg/ hari dalam dosis terbagi. LANSIA atau debil 10-15 mg/hari. ANAK: di atas 3 tahun, tidak lebih dari setengah dosis dewasa.

KLORDIAZEPOKSID

Indikasi:
ansietas (penggunaan jangka pendek), tambahan pada putus obat alkohol akut.

Peringatan: Kontraindikasi: Efek Samping:
lihat Diazepam.

Dosis:
ansietas: 10 mg 3 kali sehari dinaikkan bila perlu sampai 60-100 mg/hari dosis terbagi. LANSIA atau debil setengah dosis dewasa. ANAK: tidak dianjurkan.

LORAZEPAM

Indikasi:
penggunaan jangka pendek pada ansietas atau insomnia, status epileptikus (4.8.2), prabedah (15.1.4.1).

Peringatan: Kontraindikasi: Efek Samping:
lihat Diazepam.

Dosis:
oral: ansietas 14 mg/hari dosis terbagi. Lansia atau debil setengah dosis dewasa. Insomnia yang berkaitan dengan ansietas, 12 mg sebelum tidur.ANAK tidak dianjurkan. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat (ke dalam vena yang besar); serangan panik akut 25-30 mcg/kg bb, diulangi setiap 6 jam bila perlu. ANAK tidak dianjurkan.

Buspiron

Buspiron bekerja pada reseptor spesifik serotonin (5HT1A). Respon terhadap obat ini dapat memerlukan waktu hingga 2 minggu. Obat ini tidak meredakan gejala putus obat benzodiazepin. Sehingga pasien yang mengkonsumsi benzodiazepin, penurunan dosis obatnya tetap sebaiknya dilakukan secara bertahap. Hal ini disarankan dilakukan sebelum memulai menggunakan buspiron. Tingkat ketergantungan dan kemungkinan penyalahgunaan buspiron rendah. Tetapi hanya diijinkan untuk penggunaan jangka pendek (dokter spesialis kadang menggunakan untuk jangka waktu beberapa bulan). Keamanan dan khasiat pada anak belum diketahui dengan pasti.

Monografi

BUSPIRON HIDROKLORIDA

Indikasi:
ansietas (penggunaan jangka pendek).

Peringatan:
tidak memperingan gejala putus obat benzodiazepin; riwayat gangguan hati dan ginjal.

Interaksi:
Lampiran 1 (hipnotik dan ansiolitik).

Kontraindikasi:
epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat, hamil dan menyusui.

Efek Samping:
pusing, sakit kepala, gugup, kepala terasa ringan, eksitasi. Jarang: takikardia, palpitasi, nyeri dada, mengantuk, bingung, mulut kering, fatig dan berkeringat.

Dosis:
awal: 5 mg 2-3 kali sehari dinaikkan bila perlu setiap 2-3 hari; dosis lazim 15-30 mg/hari dalam dosis terbagi maksimal 45 mg/hari (LANSIA 30 mg); ANAK tidak dianjurkan.

Meprobamat

Meprobamat lebih kecil efektivitasnya dibanding benzodiazepin, lebih berbahaya pada kasus overdosis dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini tidak direkomendasikan lagi.

Indikasi:
penggunaan jangka pendek pada ansietas. Trankuiliser dan terapi suportif pada penyakit psikosomatik.

Peringatan:
penyakit pernapasan, kelemahan otot, epilepsi (dapat menyebabkan bangkitan), riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, kelainan kepribadian yang jelas, hamil, lansia dan debil, gangguan hati dan ginjal, hindari pemakaian jangka panjang, pemutusan obat mendadak dapat menimbulkan kejang.

Interaksi:
lihat Lampiran 1 (meprobamat).

Kontraindikasi:
insufisiensi pulmoner akut, depresi pernapasan, porfiria, menyusui.

Efek Samping:
lihat diazepam, akan tetapi insidensinya lebih besar; mengantuk merupakan efek samping yang paling banyak terjadi.

Dosis:
400 mg, 3-4 kali sehari, LANSIA setengah dosis dewasa atau kurang. ANAK: tidak dianjurkan.

4.1.3 Barbiturat

Barbiturat masa kerja menengah hanya digunakan pada penanganan insomnia yang sulit diobati dan berat dan pada pasien yang sudah menggunakan barbiturat. Penggunaan barbiturat kerja menengah sebaiknya dihindari pada pasien lansia. Barbiturat masa kerja panjang, fenobarbital kadang bermanfaat pada epilepsi (lihat bab 4.8.1) tetapi penggunaannya sebagai sedatif tidak dibenarkan. Barbiturat masa kerja singkat, tiopental digunakan sebagai anestesi (bab 15.1.1).

4.1.4 Golongan lain

Monografi

DEXMEDETOMIDIN

Indikasi:
sedasi awal pada pasien yang mendapat intubasi dan ventilasi secara mekanik selama dirawat di ruang rawat intensif. Harus diberikan melalui infus tidak lebih dari 24 jam.

Peringatan:
Harus diberikan oleh tenaga kesehatan yang terlatih di ruang rawat intensif. Dilakukan monitor secara terus-menerus. Hati-hati pada kehamilan, menyusui, riwayat penyakit jantung, penyakit hati.

Interaksi:
Pemberian bersamaan dengan anestesi, sedatif lain, hipnotik dan opioid dapat meningkatkan efek sedatif. Diperlukan penyesuaian dosis.

Efek Samping:
hipotensi, mual, bradikardi, fibrilasi atrial, hipoksia, anemia, nyeri, efusi pleural, infeksi, leukositosis, oligurian, edema paru, rasa haus.

Dosis:
Harus diberikan menggunakan alat infus yang terukur. Harus diencerkan dengan larutan natrium klorida 0,9% sebelum diberikan. Dosis individual dan dititrasi sesuai respons klinik. Dosis dewasa. Infus, loading dose, 1 mcg/kg bb selama 10 menit, diikuti dengan infus rumatan, 0,2 – 0,7 mcg/kg bb/jam. Kecepatan pemberian infus disesuaikan dengan respon. Tidak boleh diberikan lebih dari 24 jam. Dapat diberikan sebelum, selama dan sesudah proses ekstubasi selama tidak melebihi 24 jam. Dilakukan penyesuaian dosis pada pasien gangguan fungsi ginjal atau hati. Anak, tidak dianjurkan.

Hanya seorang Apoteker biasa; Tidak pintar; Tidak bodoh; -Berbagi tidak Pernah Rugi- :)
Lihat semua tulisan 📑.

error: