Apoteker.Net – Obesitas dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, batu empedu dan osteoartritis. Depresi, masalah psikososial lainnya dan beberapa obat adalah faktor-faktor yang dapat memperburuk obesitas. Terapi utama untuk obesitas adalah diet yang sesuai, pasien diberi penjelasan cara diet secara jelas dan berikan dukungan yang maksimal, serta sarankan agar meningkatkan aktivitas fisik.
Berhenti merokok (sementara berat badan belum turun) dapat bermanfaat sebelum mencoba program penurunan berat badan, karena risiko merokok dapat lebih berbahaya dibandingkan obesitas. Bergabung dalam suatu kelompok dapat banyak membantu pasien.
Obesitas berat sebaiknya diterapi di suatu pusat penurunan berat badan yang memiliki staf terlatih. Pasien sebaiknya mendapatkan saran tentang diet dan modifikasi gaya hidup, serta sebaiknya dimonitor untuk semua perubahan pada berat badan, tekanan darah, dan kondisi lain yang terkait.
Obat anti obesitas hanya boleh diberikan bagi individu yang memiliki indeks masa tubuh (IMT) 30 kg/m2 atau lebih (IMT atau Body Mass Index adalah berat badan seseorang dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam m2) yang setelah minimal 3 bulan menjalankan diet, modifikasi perilaku dan olah raga, namun gagal mencapai penurunan berat badan yang wajar. Jika ada faktor risiko (seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan obstructive sleep apnoea), obat ini sesuai untuk diresepkan walaupun individuyang bersangkutan memiliki IMT 27 kg/m2. Obat tidak boleh digunakan sebagai elemen tunggal dari penanganan obesitas. Pasien sebaiknya dimonitor secara teratur, pengobatan sebaiknya dihentikan bila penurunan berat badan kurang dari 5% setelah 12 minggu pertama atau pasien kembali mengalami kenaikan berat badan selama dalam pengobatan.
Masih sedikit bukti sebagai panduan untuk memilih diantara kedua obat tersebut, namun orlistat lebih sesuai bagi mereka yang memiliki asupan lemak yang tinggi. Yang perlu diperhatikan dan dijadikan pertimbangan adalah kontraindikasi dan efek samping dari kedua obat ini.
Terapi kombinasi menggunakan kedua obat anti obesitas ini dikontraindikasikan hingga tersedia informasi terbaru mengenai efikasi dan keamanan penggunaan jangka panjang. Hormon tiroid tidak termasuk ke dalam terapi obesitas kecuali pasien telah secara biokimia terbukti mengalami hipotiroid. Penggunaan diuretik, korionik gonadotropin, atau amfetamin tidak tepat untuk penurunan berat badan.
4.5.1 Anti obesitas yang bekerja pada saluran cerna
Orlistat, merupakan penghambat lipase, mengurangi absorpsi asupan lemak. Obat ini digunakan bersamaan dengan diet hipokalorik ringan, diberikan bagi mereka dengan IMT 30 kg/m2 atau bagi mereka dengan IMT 28 kg/m2 yang disertai faktor risiko seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, atau hiperkolesterolemia.
Orlistat harus digunakan sebagai tambahan dari pendekatan lain dalam penanganan obesitas (bagian 4.5). Direkomendasikan bahwa terapi orlistat hanya boleh diteruskan di atas 6 bulan, hanya bila berat badan telah turun minimal 10 % sejak terapi dimulai. Beberapa pasien yang mengkonsumsi orlistat dan mengalami penurunan berat badan yang mungkin diakibatkan karena pengurangan asupan lemak untuk menghindari efek saluran cerna yang berat termasuk steatore. Suplementasi vitamin (terutama vitamin D) dapat diberikan bila dikhawatirkan terjadi defisiensi vitamin yang larut lemak. Jika orlistat dihentikan dapat terjadi kenaikan berat badan secara bertahap.
Obat yang paling lazim digunakan sebagai obat pembentuk massa adalah metilselulosa (bagian 1.6.1). Obat ini dinyatakan dapat mengurangi asupan dengan membuat perasaan penuh atau kenyang pada pasien, namun hanya sedikit bukti yang dapat mendukung penggunaannya pada penanganan obesitas.
Monografi
ORLISTAT
Indikasi:
terapi tambahan untuk makanan rendah kalori pada pasien kegemukan dengan Body Mass Index (BMI) > 30 kg/m2 atau pasien kelebihan berat badan (BMI > 25 kg/m2) dengan memiliki faktor risiko terkait. Pengobatan dengan orlistat hanya dimulai jika terapi dengan makanan saja telah memberikan pengurangan berat badan minimal 2,5 kg selama 4 minggu. Pengobatan dengan orlistat harus dihentikan setelah 12 minggu jika pasien tidak dapat mengurangi berat badannya sebesar minimal 5% dari saat awal terapi.
Peringatan:
diperlukan monitoring yang ketat terhadap penggunaan obat antidiabetes, dapat mengganggu absorpsi vitamin larut lemak, seperti vitamin A, D, E, K, penggunaan bersamaan dengan multivitamin diberikan dengan selang waktu 2 jam setelah orlistat, atau saat waktu tidur.
Interaksi:
lampiran 1 (orlistat), multivitamin: jika suplemen multivitamin dibutuhkan dapat diberikan minimal 2 jam setelah konsumsi orlistat atau saat malam hari, efek samping gangguan lambung menjadi meningkat jika orlistat diminum pada makanan yang kaya lemak.
Kontraindikasi:
sindrom malabsorpsi kronis, kolestatis, hipersensitivitas, penggunaan bersamaan dengan siklosporin, kehamilan, menyusui (lampiran 5).
Efek Samping:
-Sangat umum:urgensi untuk buang air besar (BAB), feses berminyak, flatus with discharge, rembesan berminyak dari rektum, sudden bowel iritation
-Umum: inkontinensia BAB, feses cair, nyeri abdomen, gerakan usus besar yang lebih sering, reaksi alergi berat dengan gejala kesulitan bernafas berat, berkeringat, ruam kulit, gatal, wajah bengkak, detak jantung meningkat, kolaps.
-Efek lain yang pernah terjadi: penurunan protrombin, peningkatan INR, reaksi hipersentivitas (pruritus, ruam kulit, ur tikaria, angioedema, bronkospasme, anafilaksis), erupsi bulosa, skin blistering.
Dosis:
60 mg 3 kali sehari, diminum segera sebelum, atau di tengah makan, atau hingga 1 jam setelah makan (maksimal 180 mg/hari), teruskan terapi hingga 12 minggu hanya bila penurunan berat badan sejak awal terapi >5% (lihat pula catatan di atas). Jangka waktu pemakaian maksimum 2 tahun, anak: tidak direkomendasikan.
Catatan: Saat minum orlistat, pasien harus mengkonsumsi gizi seimbang berupa makanan rendah kalori yang mengandung 30% kalori yang berasal dari lemak. Jika tidak makan atau makanan tidak mengandung lemak, maka satu dosis orlistat dapat diabaikan.
4.5.2 Penekan nafsu makan yang bekerja sentral
Deksfenfluramin, fenfluramin dan fertermin dan dietilpropion (amfepramon) telah banyak dikaitkan dengan gangguan katup jantung, serta walaupun jarang namun serius yaitu risiko hipertensi pulmonar.
Sibutramin telah dibatalkan izin edarnya karena adanya peningkatan risiko kejadian kardiovaskular dari hasil studi Sibutramine on Cardiovascular Outcomes Trial (SCOUT).
Monografi
MAZINDOL
Indikasi: obesitas.
Peringatan: diabetik, hati-hati mengemudi atau menjalankan mesin, psikosis, anak kurang dari 12 tahun, lansia, hamil dan menyusui.
Interaksi: pemacu SSP, hormon tiroid, amantadin, katekolamin eksogen, penghambat MAO, klonidin, guanetidin, metildopa, alkaloid rauwolfia, anestesi inhalasi.
Kontraindikasi:
glaukoma sudut sempit, insufisiensi berat, pada hati, ginjal dan jantung, aritmia jantung, hipertensi berat, hipereksitabilitas, agitasi, riwayat penyalahgunaan obat, dalam pengobatan penghambat MAO, selama dan 2 minggu sesudahnya.
Efek Samping:
mulut kering, gugup, gangguan saluran cerna, gangguan tidur, nyeri kepala, berkeringat, pusing, takikardia, gangguan mikturisi dan seksual yang reversibel, ruam kulit, hipertensi, aritmia, nyeri prekordial, diare, pengecapan tidak nyaman.
Dosis:
dosis awal 0,5-1 mg, 1 jam sebelum makan. Setelah 1 minggu, 2 mg/hari, maksimal 3 mg/hari.