Apoteker untuk Indonesia

Dirimu terbit bagi mentari
Bersinar terang pancarkan citra
Darimu terharap insan IAI
Berpadu satu membangun bangsa

Dikau apoteker Indonesia
Majulah emban tugas nan mulia
Jadikan hadirmu jati dirimu
Tegakkan cita kemanusiaan

Dikau pejuang abdi profesi
Ikhlas senyum dalam karyamu
Cerminkan Bhinneka Tunggal Ika
Apoteker Indonesia
(Hymne Ikatan Apoteker Indonesia)

Pada bait pertama terdapat kalimat “Berpadu satu membangun bangsa“. Kalimat inilah yang sangat diharapkan oleh kita semua sebagai seorang apoteker. Keberadaan apoteker untuk Indonesia sangat dinanti-nantikan. Sebab, selama ini Indonesia belum melihat semua apoteker berpadu satu. Mereka lebih memilih untuk mementingkan diri sendiri di atas kepentingan bersama. Terbukti. Masih banyaknya apotek yang berdiri secara berjejeran, padahal sesama rekan sejawat apoteker juga yang berada di samping apoteknya. Jika profesi lain, mungkin tak menjadi masalah. Ini permasalahannya adalah mengapa harus menjejerkan apotek?

Padahal, Indonesia itu luas wilayahnya. Indonesia memiliki 34 propinsi yang terdiri dari 514 kabupaten/kota. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Statistik Indonesia pada tahun 2012, Indonesia memiliki 6.793 kecamatan dan 79.075 kelurahan/desa.

Apakah apoteker tetap pada pendiriannya sendiri? Bagaimana dia bisa memikirkan Indonesia jika rekan sejawatnya pun tak sempat dia pikirkan? Jika bukan karena persaudaraan sesama profesi, apa lagikah yang mampu untuk menyatukan sesama apoteker? Walaupun bersama-sama kita ketahui, pada saat mendirikan apotek tak terlepas dari tujuan profit semata, tapi ada tujuan yang mulia yakni saling satu berpadu. Senasib sepenanggungan. Mungkin, dua kata itulah yang tepat untuk mewakili semuanya.

Jika apoteker bertujuan mulia untuk membangun bangsa. Tentu, terlintas dipikiran kita semua untuk menghadirkan diri di semua lapisan masyarakat, tanpa kecuali. Tidak hanya memilih lapisan masyarakat perkotaan, tapi masyakarat pedesaan pun memerlukan kehadiran apoteker. Jangan karena alasan fasilitas, seorang apoteker menjadi enggan terjun langsung ke lapisan masyarakat pedesaan. Ego dirilah yang kadang tak bisa dilenyapkan dalam sekejap sehingga tetap memilih untuk berada diperkotaan, ditambah dengan berbagai fasilitas yang berlimpah sehingga membuat diri ini tak mau keluar dari zona nyaman.

Tujuh tahun yang silam, data statistik menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 79.075 kelurahan/desa. Apakah semua apoteker sudah menyebar diseluruh kelurahan tersebut? Data yang ditampilkan di halaman website Komite Farmasi Nasional Kementrian Kesehatan Republik Indonesia jumlah apoteker yang terdaftar sebanyak 70.000 apoteker. Jumlah tersebut ternyata belum mampu sama dengan jumlah kelurahan se Indonesia. Berarti tak semua kelurahan ada apoteker. Ternyata masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) seorang apoteker untuk membangun bangsa.

Kementrian Kesehatan RI dalam program Nusantara Sehat menjadi salah satu solusi untuk membantu apoteker berada di berbagai daerah. Namun, nampaknya masih relatif minim apoteker yang mau mendaftarkan diri mengabdi selama dua tahun di daerah yang sebelumnya tak dia kenal. Padahal, itu adalah cara kita menunjukkan diri pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia akan keberadaan apoteker. Program Nusantara sehat pun untuk sementara hanya mampu menyentuh 48 kabupaten di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan. Padahal, jumlah kabupaten yang ada di Indonesia sebanyak 514 kabupaten/kota.

Distribusi Obat via Jalur Sungai
Distribusi Obat via Jalur Sungai (dok. Muhammad Zaini)

Ranah pekerjaan apoteker tidak hanya pada apotek komunitas. Rumah sakit dan puskesmas memerlukan apoteker. Namun, apoteker malah berlomba-lomba untuk mendirikan apotek walaupun jaraknya berdekatan. Jika hitung berapa banyak puskesmas yang belum ada apotekernya? Kemenkes RI dengan program Nusantara Sehat baru mampu menyebarkan apoteker di 120 puskesmas. Jika diperumpamakan 1 kabupaten 1 puskesmas. Maka, tampaknya tak semua puskesmas di kabupaten memiliki apoteker. Masihkah kita berdiam diri melihat realitas seperti ini?

Itu baru sebatas. Puskesmas yang masih menantikan kehadiran apoteker. Belum terhitung berapa banyak Rumah Sakit yang mengharapkan keberadaan apoteker dalam pelayanan kefarmasian di RS. Terlebih, sekarang setiap RS akan diakreditasi maka mewajibkan pihak pengelola RS untuk memenuhi jumlah apoteker sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.

Bagaimana apoteker ada untuk Indonesia? Jika ia sendiri belum ada untuk masyakarat dari berbagai kalangan dan lapisan. Jika ia masih malu-malu dan berdiam diri dengan ego yang tinggi, sehingga kehadirannya tak mampu dirasakan oleh masyakarat luas.

Tak mudah memang untuk membangun bangsa. Jikalau tak mau membangun diri sendiri terlebih dahulu. Masyarakat Indonesia menantikan kehadiranmu wahai apoteker Indonesia.

Dikau apoteker Indonesia
Majulah emban tugas nan mulia
Jadikan hadirmu jati dirimu
Tegakkan cita kemanusiaan

Dimulai dari dalam diri pribadi masing-masing apoteker untuk membangun bangsa. Lewat pengabdian dan kehadiran apoteker saat berpraktik demi menunjukkan citra apoteker di mata masyarakat Indonesia. Bangunlah wahai apoteker Indonesia, bangsa Indonesia tak akan bisa kita bangun jika kita sendiri apoteker Indonesia tidak mau bangun untuk berpraktik di masyarakat. Apoteker Indonesia Bangunlah…

Aulia Rahim M.Farm., Apt., seorang apoteker sekaligus pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari. Selain itu juga diamanahi sebagai ketua bidang hubungan masyarakat Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (HISFARMA) Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Daerah Kalimantan Selatan periode 2018-2022. Sejak kuliah aktif di berbagai organisasi salah satunya Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi. Menempuh pendidikan S1, profesi dan S2 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Sempat diberikan kepercayaan dari dekanat untuk menjadi repoter Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
Lihat semua tulisan 📑.